Halaman

Apa sih Hukumnya Dakwah … ???


Sebelum kita membahas hukum dakwah, kita harus tahu dulu apa itu Dakwah ?

Ditinjau dari segi asal kata bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti "Panggilan, ajakan atau seruan". Dalam ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai "Isim mashdar" (kata yang menunjukkan atas suatu makna yang tidak terikat oleh waktu), kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) " da’a-yad’u ",artinya memanggil, mengajak atau menyeru.

Satu orang anak kecil mengajak ayahnya shalat berjamaah ke mesjid, itu sudah termasuk dakwah.
Satu orang ayah memberikan nasehat agama kepada anaknya, itu sudah termasuk dakwah.
Satu orang ibu menyuruh anaknya supaya menutup aurat, itu sudah termasuk dakwah.

Jadi, dakwah itu mudah.

Nabi SAW tidak bisa baca dan tulis pun buat dakwah.

Apa sih Hukumnya Dakwah … ???

1. Sebuah rumah telah terbakar dan didalamnya ada satu orang gadis yang terjebak dalam kebakaran itu.
Apa sih Hukumnya menyelamatkan gadis tersebut … ???

Pernah kah kita berpikir apa hukumnya menyelamatkan satu orang gadis dari siksa api neraka yang 70 kali lebih panas dari api dunia. (Inilah dakwah)

2. Ketika kita berjalan-jalan di pantai dan melihat satu orang anak kecil mau tenggelam. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? Tentu akan menolongnya, kalau kita tidak menolongnya maka kita akan dikatakan orang yang tidak punya perasaan dan peri kemanusiaan.

Ketika satu orang sudah tenggelam dalam lautan maksiat. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? (Inilah dakwah).

Didalam hukum negara Indonesia ada sebuah kaidah. “Kita tidak melakukan kesahahan tetapi dihukum”
Contohnya :  Ketika kita berjalan-jalan di pantai dan melihat satu orang anak kecil mau tenggelam dan tidak menolongnya padahal disamping kita ada pelampung. Maka kita akan dinyatakan bersalah karena tidak menolong anak ini. (Untuk lebih jelasnya silahkan bertanya kepada yang faham masalah hukum)

3. Sebuah keluarga yang ayahnya ustadz dan ibunya ustadzah tetapi tidak mendakwahkan agama atau mengajarkan agama kepada anaknya sehingga anaknya tidak tahu masalah agama. Apakah tindakan ayah dan ibu ini baik atau tidak. (Inilah dakwah).

4. Ketika satu orang hendak bunuh diri meminum racun. Maka kita akan melarangnya
Ketika satu orang minum-minuman keras yang hukumnya dosa. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? (Inilah dakwah).

5. Ketika satu orang berzina dengan ibu, adik, istri atau anak kita maka kita akan marah.
Ketika satu orang berzina dengan orang lain. Tindakan apa yang akan kita lakukan … ??? Padahal setiap orang tidak ingin ibu, adik, istri atau anaknya dizinahi. (Inilah dakwah).

Jadi, Apa sih Hukumnya Dakwah … ???
Silahkan dijawab sendiri …
Apakah kita tidak mau juga buat dakwah … ???

Tahap awal untuk mengenal usaha dakwah luangkanlah waktu 3 hari

Nasehat Maulana Ilyas rah.a


Syekh Maulana Ilyas rah.a katakan :
“Yang saya khawatirkan nanti akan terjadi dimana orang itu seperti usaha agama, namun disisi Allah tidak sedang usaha agama. Mengapa bisa begitu ? ini karena maksud usaha agama ini bagaimana diri kita ini sifatnya tambah baik, yakinnya tambah kuat, ketaatannya pada Allah Swt meningkat, kecintaannya kepada sunnah semakin bertambah, sholatnya makin khusyu, ilmunya semakin bertambah, inilah maksud usaha agama. Tapi hari ini orang usaha agama hanya untuk orang lain saja bukan untuk diri sendiri. Inilah yang dimaksud kita disisi manusia terlihat seperti usaha agama tetapi disisi Allah bukan sedang usaha agama

Maulana Ilyas rah.a berkata :
“Siapa saja yang ikut kerja dakwah tetapi tidak yakin Allah akan menolong dia berarti orang ini adalah orang yang fasik.”
Allah akan tolong kita seperti Allah telah tolong sahabat RA dan para Nabi AS. Siapa saja yang mengisi hatinya dengan Amal Agama, maka Allah akan masukkan cahaya ke dalam hatinya sehingga ia dapat melihat dengan cahaya Allah. Umar RA pernah berkata, “Hati-hati dengan firasat orang beriman.

Maulana ilyas rah. Menyatakan
"hakikat usaha ini adalah satu perjuangan yang sangat besar,sayangnya ramai orang yang masih belum memahami hakikatnya"

Kata Maulana Ilyas harus ada niat : Seluruh hidup, seluruh harta, seluruh diri untuk Allah swt.
Supaya Allah swt tetapkan hidayah :
1. Jangan lihat keburukan orang lain dan lelaki yang bukan muhrim.
2. Untuk ishlah : Semua perintah Allah swt anggaplah belum tahu dan beru mendengar.
3. Ada fikir, ada risau seperti Rasulullah saw,
4 Bagaimana umat sekarang
5 Bagaimana amalan Rasulullah saw hidup di seluruh alam.
6 Bagaimana usaha nabi hidup di seluruh alam.
Untuk dapatkan ini hendaklah maksud Nabi menjadi maksud hidup kita.
7 Kita hidup untuk Da`wah, Da`wah sampai mati, Mati dalam Da`wah.

Nasehat Maulana Muhammad Ilyas Rah. A :
Cara menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah pribadi, masalah umat, maupun masalah politik adalah dengan Dakwah dan Usaha Agama, berdasarkan satu fikir. Cara-cara yang ditempuh di luar usaha agama nampaknya saja dapat memberikan hasil dan keuntungan dengan segera, sekalipun hanya dengan pengorbanan yang sedikit. Dalam pada itu, usaha agama menghendaki pengorbanan yang besar sedangkan keuntungannya tidak segera dapat dilihat. Itulah sebabnya mengapa orang-orang menjauh dari usaha agama. Demikian pula orang-orang yang terlalu tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan ketika melihat orang-orang yang “tidak produktif” seperti kita atau ketika melihat asas usaha dakwah kita. Namun ternyata mereka tidak mampu melihat hakikatnya, yakni tidak mampu memahami hakikat syariah.

Maulana Ilyas rah.a berkata terdapat dua golongan orang yang membuat usaha usaha agama(iaitu) :
1. Mereka yang keluar di jalan Allah untuk menyelesaikan masalah hutang/sakit/kesusahan. Orang yang seperti ini tidak akan istiqamah (dalam usaha)
2. Mereka yang keluar di jalan Allah (kerana menganggap) itu adalah perintah Allah Taala. Orang seperti ini akan istiqamah dalam membuat kerja dan akan mendapat tarbiyyah dan maju (dalam usaha agama).

Maulana ilyas katakan,
"Bahkan dalam saat minum teh pun kita mesti bertanya keadaan ahli keluarga kita, agar tidak ada satupun ahli keluarga yang terlibat kesia-siaan., jangan hidup seperti yahudi, nasrani, yang tidak mempunyai tertib"

Syech Maulana Muhammad Ilyas...
"Permisalan keadaan ummat ini hari ibarat seseorang yg memiliki mata tetapi buta..memiliki telinga ttp tak mndengar(peka) yg brjalan menuju jurang...

"Maulana Ilyas Rahmatullah'Alaih berkata
"Musyawarah adlh suatu perkara yg besar. Allah berjanji apabila kalian duduk bermusywrh dan bertawakal kpd Allah Ta'ala mka sblum kalian berdiri,kalian mdpt taufik k jln yg lurus"..dan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wa Sallam bersabda"Brgsiapa yg hndk mengerjakan suatu urusan, lalu ia bermusyawrh dg seorg muslim,niscaya Allah Ta'ala akn membrinya taufik kpd urusan yg pling benar&paling baik utknya"..(Hr.Thabrani)

Maulana Ilyas Rah A katakan :
Ilmu Fadhail memiliki derajat satu tingkat di atas Masail karena dengan fadhail orang tergerak ingin beramal dan pada saat yang sama mereka akan belajar masail tentang amalan tersebut.
Ilmu Masail ibarat ban depan mengemudikan arah yang benar, sedangkan ilmu fadhail adalah ban belakang.

Syaikh Ilyas ditanya orang. Kerja yang kamu buat sekarang ini banyak melalaikan hak makhluk, bagaimana ini? Dijawab, betul. Saya akui kerja yang saya galakan sekarang ini banyak mengurangi hak makhluk, tapi dengan seorang mengambil usaha ini dengan sebab usahanya banyak orang-orang yang dahulunya melalaikan hak makhluk setelah mendapat hidayah dia menjadi orang-orang yang menunaikan hak makhluk.

Beberapa orang datang ke Syaikh Maulana Ilyas Rah.A, mereka berkata kepada Maulana Ilyas, “Syaikh antum ini wali.” Ini asbab hebatnya kerja dan gerak beliau dalam Dakwah. Namun apa kata Maulana Ilyas Rah.A, “Bukan, saya ini bukan wali, tetapi yang wali itu adalah kerja dakwah ini.” Jadi Maulana Ilyas tidak ingin membawa umat ini kepada pengkultusan, tetapi lebih ingin mengarahkan umat ini kepada kerja dakwah. Kita tidak menafikan adanya orang-orang tertentu yang mempunyai level kedekatan dengan Allah seperti para Aulia, tetapi ini sedikit sekali, tidak semua orang bisa mencapai level ketaatan seperti itu. Itulah namanya orang-orang pilihan Allah. Namun untuk yang secara umum agar umat ini dapat menjadi dekat dengan Allah, maka Allah berikan ummat ini kerja dakwah yang bisa membuat ummat ini diwalikan semua oleh Allah Swt. Di dalam tarekat-tarekat, mereka mempunyai mursyid yang mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri dalam doa. Namun dalam kerja dakwah ini tidak ada yang seperti itu, yang paling utama dalam kerja dakwah ini adalah kerja itu sendiri.

Maulana Ilyas Rah.a ditanya oleh anaknya yaitu Maulana Yusuf rah.a : “Ya ayahanda ! kenapa ayah buat jamaah lagi padahal sudah banyak fiqroh-fiqroh bermacam jamaah dalam islam ?”

Syech Ilyas Rah.a katakana : “Wahai anakku !! hari ini amalan Rasululloh SAW telah banyak dikerjakan oleh ummat islam wujud di mana mana dalam jamaah, tetapi maksud hidup Rasululloh SAW telah hilang dari ummat sehingga amalan ummat tidak mencapai hakekat amal.”
a. Mereka sholat yang seharusnya mampu mencegah fasya’ dan mungkar tak dapat wujud
b. Puasa yang seharusnya menghasilkan ketakwaan tak berhasil
c. Zakat yang seharusnya menghilangkan cinta dunia, malahan menjadikan orang semakin cinta dunia
d. Haji yang seharusnya mendatangkan kecintaan kepada Allah SWT justru orang semakin mencintai makhluq

Maksud ittiba’ Nabi SAW adalah mengikuti kepada dua perkara :
1. Amalan Rasulullah SAW
2. Maksud hidup Rasulullah SAW

Tahapan Maulana Ilyas dalam merintis dakwah :
1) Membayar orang untuk lakukan dakwah (Tidak ada hasil)
2) Membangun 250 madrasah (Tidak ada hasil)
3) Menganjurkan santrinya berpuasa/menahan lapar dan berdoa (BERHASIL, hingga asbab munajad Maulana sambil lapar sesiapa yang hadir di Masjid bliau di Banglawali tdk akan kelaparan)
4) Maulana amalkan bayan subuh setiap hari 3 jam dg berdiri dan tdk tidur melebihi 4 jam, serta doa minta diwafatkan ketika berdakwah (BERHASIL, usaha dakwah ini berkembang ke seluruh dunia hingga kini dan sampai kiamat)
Kesimpulan : Hanya dengan PENGORBANAN dakwah akan BERHASIL

Maulana Muhammad Ilyas rah.a brkata : ".1/100 pun saya tdk mampu utk mnyampaikn hakekat kerja ini kpd manusia..dn 1/100 dr apa yg telah saya sampaikn pun..tiada seorg pun yg mmahami'y." seandai'y Syaikh Ilyas telah mnyatakan ktidak sanggupan beliau walaupun 1/100 atas kerja ini..lalu dimanakah derajat kepahaman kita.????"

Maulana Ilyas, setelah sorenya memberikan bayan Maghrib..tengah malam beliau..membersihkan tandas dan membuang kotoran manusia yg pd jaman itu kotoran manusia dikumpulkan bukan safety tank...dan harus dibuang setiap hari...

Maulana Ilyas pernah berkata, ada 2 (dua) orang yang terkebelakang dari usaha ini :
1. Niat untuk mengishlah orang lain
2. Mau mengishlah kerja ini

satu kali maulana ilyas rah telah melihat satu org penarik beca singgah kat masjid untuk qadar hajat....maulana beranggapan dia akan dapat berjumpa lagi dengan orsng tersebut...dia sempat mengerjakan solat sunat 2 rakaat ...selepas selesai maulana pergi melihat orang tersebut namun sudah tidak kelihatan...
maulana menanggis dan terus menanggis....semasa diakhir hayat maulana ,maulana sempat menanggis dan menceritakan peristiwa ini ....
dia menyesal dengan 2 rakaat solat sunat dia gagal bagi dakwah pada orang tersebut...kata maulana umar palampuri jikalau kita mendapat peluang untuk buat dakwah jangan lah kita tangguhkan...mungkin dimasa itu Allah taala telah buat keputusan untuk hidayah seluruh alam....

Cari lah ilmu yg Dgn nya Kita Tambah tau ttg Kebodohan kita.
Shgga Kita akan merasa Kurang Dan Kita Terus Belajar, apa lagi dalm Perkara Agama. Shgga Jauh dari Sifat Sombong.
(KH Uzairon, Perkataan Maulana Ilyas rah.a)

Pada suatu peristiwa,hadradji ilyas rah telah bertanya kepada orang mewat samada mereka faham apa yang diperkatakan olehnya didalam bayan,orang2 mewat menjawab,"ya kami faham"apabila ditanya,"apa yang kamu faham?jawab mereka,"tuan hendak kami keluar ke jalan Allah swt,takkan inipun kami tak tahu,kami sedia keluar serkarang juga."

Keluar 3 hari Dijalan Allah, Pahalanya sama dengan 30 hari


Mengasingkan diri keluar dijalan Allah selama tiga hari dengan membersihkan diri dari fakir dunia. Meninggalkan percakapan dunia dan menyibukkan diri dengan amalan dakwah, beribadah, belajar dan mengajar dan duduk dalam suasana agama sudah pasti akan memberi kesan didalam hati sanubari seseorang itu.

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al An'aam 160)

Inilah dasar Keluar 3 hari Dijalan Allah, Pahalanya sama dengan 30 hari. Apabila dalam setahun penuh, pada setiap bulannya keluar dijalan Allah tiga hari saja, maka dalam setahun akan dihitung selamanya keluar di jalan Allah, kita sempurnakan takaza didalam negeri sendiri dan senantiasa mengerjakan terus menerus dengan istiqamah. (Sawanikh Hadhratji, hal 772)

Pada ayat ini diterangkan dengan jelas bahwa barang siapa berbuat amal baik, maka Allah akan memberikan pahala balasannya di hari akhirat dengan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan hanya dibalas setimpal dengan kejahatannya, sebab Allah tidak akan menganiaya sedikit pun atau merugikan mereka. Yang dimaksud dengan orang yang beramal baik di sini ialah orang-orang mukmin karena amal baik orang kafir sebelum masuk Islam tidak akan bermanfaat bagi mereka di akhirat, seperti yang diterangkan di dalam firman Allah:

Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An'am 88)

Dan yang dimaksud dengan balasan sepuluh kali lipat di sini belum termasuk apa yang dijanjikan Allah dengan balasan yang jauh lebih banyak dan berlipat ganda dari itu lagi kepada orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah sampai 700 kali seperti disebutkan dalam firman Allah atau hadis qudsi:

Artinya:
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasan semuanya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha Penyantun. (QS. At Taghabun 17)

Di dalam hadis Nabi Muhammad saw. banyak dijumpai tentang balasan amal baik dan amal jahat sehingga diterangkan juga pahala balasan terhadap orang-orang yang belum mengerjakannya hanya sekadar niat dan putusan atau ketetapan hatinya. Hal ini tersebut dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah yang menceritakan dengan terjemahannya sebagai berikut:

Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman kepada malaikatnya, "Apabila hamba-Ku hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan jahat, janganlah dituliskan (jangan dicatat) sebagai suatu kesalahan sebelum dikerjakannya. Dan apabila dikerjakannya, catatlah baginya satu kesalahan (kejahatan). Dan jika ditinggalkannya (tidak jadi diperbuatnya) karena Aku (karena Allah), maka tulislah baginya satu kebaikan. Dan apabila ia hendak mengerjakan kebaikan dan tidak dikerjakannya, maka tulislah baginya satu pahala kebaikan. Dan apabila dikerjakannya, maka tulislah sampai tujuh ratus kali lipat pahala kebaikan baginya."

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: Seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS. Al Baqarah 261)

Dalam ayat ini Allah swt. menggambarkan keberuntungan orang yang suka membelanjakan atau menyumbangkan harta bendanya di jalan Allah, yaitu untuk mencapai keridaan-Nya.
Hubungan antara infak dan hari akhirat adalah erat sekali karena sebagaimana diketahui, seseorang tak akan mendapat pertolongan apa pun dan dari siapa pun pada hari akhirat itu, kecuali dari hasil amalnya sendiri selagi ia masih di dunia, antara lain amalnya yang berupa infak di jalan Allah.

Betapa mujurnya orang yang suka menafkahkan hartanya di jalan Allah oleh ayat ini dilukiskan sebagai berikut: bahwa orang tersebut adalah seperti seorang yang menyemaikan sebutir benih di tanah yang subur. Benih yang sebutir itu menumbuhkan sebatang pohon dan pohon itu bercabang tujuh, setiap cabang menghasilkan setangkai buah dan setiap tangkai berisi seratus biji sehingga benih yang sebutir itu memberikan hasil sebanyak 700 butir. Ini berarti tujuh ratus kali lipat.

Bayangkanlah betapa banyak hasilnya apabila benih yang ditanamnya itu lebih dari sebutir.
Penggambaran seperti yang terdapat dalam ayat ini adalah lebih jitu daripada misalnya dikatakan secara langsung bahwa benih yang sebutir akan menghasilkan 700 buah. Sebab penggambaran yang terdapat dalam ayat tadi memberikan kesan bahwa amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh seseorang senantiasa berkembang dan ditumbuhkan oleh Tuhan sedemikian rupa sehingga menjadi keuntungan yang berlipat ganda bagi orang yang melakukannnya seperti memperkembangkan tanaman yang ditanam oleh seseorang pada tanah yang subur untuk keuntungan penanamnya.

Pengungkapan tentang perkembangan yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan seperti yang digambarkan dalam ayat ini telah membangkitkan minat para ahli tumbuh-tumbuhan untuk mengadakan penelitian dalam masalah itu. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa sebutir benih yang ditanam pada tanah yang baik dan menumbuhkan sebatang pohon, pada umumnya menghasilkan lebih dari setangkai buah bahkan ada yang berjumlah lebih dari lima puluh tangkai. Jadi tidak hanya setangkai saja. Dan setiap tangkai berisi lebih dari satu biji bahkan kadang-kadang lebih dari enam puluh biji. Dengan demikian teranglah bahwa penggambaran yang diberikan ayat tadi bahwa sebutir benih dilipatgandakan hasilnya sampai menjadi tujuh ratus butir bukanlah suatu penggambaran yang berlebih-lebihan melainkan adalah wajar dan sesuai dengan kenyataan.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa semakin banyak penyeledikan-penyelidikkan ilmiah dilakukan orang dan semakin tinggi pengetahuan dan tekhnologi umat manusia semakin tersingkaplah kebenaran apa-apa yang terkandung dalam kitab suci Alquran baik mengenai benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, ruang angkasa dan sebagainya.

Banyak riwayat yang berasal dari Rasulullah saw. yang menggambarkan keberuntungan orang-orang yang menafkahkan harta-bendanya di jalan Allah; yaitu untuk memperoleh keridaan-Nya dan untuk menjunjung tinggi agama-Nya. Di antaranya ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Nasai dan Hakim dari Ibnu Masud bahwa ia berkata, "Seorang lelaki telah datang membawa seekor unta yang bertali di hidungnya lalu orang tersebut berkata: "Unta ini saya nafkahkan jalan Allah." Maka Rasulullah bersabda: "Dengan nafkah ini, anda akan memperoleh di akhirat kelak tujuh ratus ekor unta yang juga bertali di hidungnya."

Pada akhir ayat ini Allah swt. menyebutkan dua sifat di antara sifat-sifat-Nya, yaitu Maha Luas dan Maha Mengetahui. Maksudnya, Allah Maha Luas rahmat-Nya kepada hamba-Nya, karunia-Nya tak terhitung jumlahnya. Dan Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan bangsa dan agama, serta keutamaan-keutamaan yang akan membawa bangsa itu kepada kebahagiaan di dunia dan di akhir. Apabila nafkah-nafkah semacam itu telah menampakkan hasilnya untuk kekuatan agama dan kebahagiaan bangsa, maka orang-orang yang bernafkah itu pun akan dapat pula menikmatinya.

Ajaran-ajaran Islam mengenai infak sangat tinggi nilainya. Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan mementingkan diri sendiri, infak ini juga menimbulkan kesadaran sosial yang mendalam, bahwa masing-masing orang senantiasa saling membutuhkan, dan seseorang tak akan dapat hidup seorang diri. Sebab itu harus ada sifat gotong-royong, dan saling memberi, sehingga jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dapat ditiadakan, persaudaraan dipupuk dengan hubungan yang lebih akrab.

Menafkahkan harta di jalan Allah, baik yang wajib seperti zakat maupun yang sunat seperti sedekah, yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat, untuk memberantas penyakit, kemiskinan dan kebodohan, untuk penyiaran agama Islam dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan adalah sangat dituntut oleh agama, dan sangat dianjurkan oleh syariat. Sebab itu, terdapat banyak sekali ayat-ayat Alquran yang membicarakan masalah ini, serta memberikan dorongan yang kuat dan memberikan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana beruntungnya orang-orang yang suka berinfak dan betapa malangnya orang-orang yang tidak mau menafkahkan hartanya.

Rasulullah saw berwasiat kepada para sahabat, " Wahai sahabatku, apabila saat ini kalian mengurangi waktu kalian untuk agama Allah sepersepuluh saja, niscaya nushratullah (pertolongan Allah) tidak akan turun, kalian harus mengamalkan agama secara keseluruhan, Tetapi ummatku pada akhir zaman nanti, jika mereka rela meluangkan waktunya sepersepuluh saja untuk agama Allah, maka nusratullah akan segera turun."(HR.Tirmizdi)

Jangan meminta kepada makhluk, memintalah kepada Allah



Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang tertimpa kelaparan, lalu ia meminta-minta kepada manusia, kelaparannya tidak akan hilang. Dan barangsiapa tertimpa kelaparan, lalu mengadukannya kepada Allah swt., maka Allah swt. akan memberikan kepadanya rezeki yang akan ia dapatkan dengan segera atau terlambat sedikit. ( Hadits Riwayat Tirmidzi )

Keterangan
"Barangsiapa yang meminta-minta kepada manusia, kefakirannya tidak akan hilang." Maksudnya adalah keperluannya tidak akan terpenuhi. Jika hari ini ia meminta-minta untuk suatu keperluan dan secara lahiriah keperluannya sudah terpenuhi, maka besok akan datang lagi suatu keperluan yang lebih penting dari keperluan sebelumnya. Dan keperluannya akan terus datang. Jika ia menengadahkan tangannya ke hadapan Allah swt., maka keperluannya ini akan terpenuhi, dan keperluan yang lain tidak akan datang. Seandainya datang, Allah swt. yang akan menyelesaikannya.

Kabsyah r.a . berkata bahwa Rasulullah saw. menyebutkan beberapa perkara dengan bersumpah. Salah satu di antaranya adalah, "Barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta kepada manusia, Allah swt. akan membukakan pintu kefakiran kepadanya. Juga terdapat hadits yang lain bahwa Rasulullah saw. bersabda dengan bersumpah seperti di atas yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Auf r.a.. Inilah sebabnya orang yang mengemis dari pintu ke pintu selalu dalam keadaan miskin dan sempit.

Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan, "Barangsiapa yang mengadukan kelaparannya dan keperluannya kepada Allah swt., Allah swt. akan menghilangkan kefakirannya dengan cepat, yaitu dengan kematian yang cepat atau datangnya kekayaan dengan cepat. Cepatnya kematian mempunyai dua pengertian. Yang pertama, jika waktuya telah dekat, maka Allah swt. akan mematikannya sebelum ia menanggung musibah yang berupa kelaparan. Kedua, matinya seseorang menjadi sebab ia menjadi kaya. Misalnya ia mendapatkan bagian yang sangat banyak dari harta warisan seseorang, atau ada seseorang ketika hendak mati berwasiat supaya sebagian dari hartanya diberikan kepada si Fulan.

Banyak kisah semacam ini dan tampak di depan mata. Di Makkah, sebagian orang yang hendak meninggal dunia berwasiat supaya hartanya dijual kemudian uangnya dikirimkan kepada seseorang yang bernama Fulan, yang tinggal di sebuah kota di India.
Kurdi adalah nama sebuah kabilah. Di sana terdapat seorang perampok yang terkenal. Ia menceritakan sendiri kisahnya, "Ketika saya sedang berjalan bersama teman-teman saya untuk merampok, pada saat dalam perjalanan kami duduk di sebuah tempat. Di sana kami lihat ada tiga pohon kurma. Dua pohon berbuah dengan lebatnya, dan yang satu kering. Seekor burung pipit berkali-kali datang mengambil buah kurma yang sudah masak dengan paruhnya dari pohon yang banyak buahnya, kemudian dibawanya ke pohon yang kering itu. Ketika melihat peristiwa itu, kami merasa sangat keheranan. Saya lihat burung itu pulang pergi hingga sepuluh kali untuk mengambil buah kurma dan membawanya ke pohon yang kering itu. Maka timbullah pikiran dalam diri saya untuk melihat apa yang dikerjakan burung pipit itu dengan buah-buah kurma tersebut. Sesampainya saya di atas pohon kurma yang kering itu, di sana saya lihat seekor ular yang buta sedang membuka mulutnya, dan burung pipit itu memasukkan buah kurma yang sudah masak ke dalam mulut ular itu. Setelah melihat kejadian tersebut, saya merasa mendapat pelajaran sehingga saya menangis. Saya berkata, "Tuhanku, ini ular yang diperintahkan oleh Nabi-Mu saw. untuk dibunuh. Karena ia buta, Engkau menugaskan seekor burung pipit untuk menyampaikan rezeki kepadanya, dan aku adalah hamba-Mu, orang yang telah berikrar mentauhidkan-Mu. Engkau telah menjadikan aku sebagai orang yang merampok harta orang lain." Pada saat itu terasa dalam hatiku bahwa telah terbuka untukku pintu taubat. Pada saat itu juga saya mematahkan pedang saya yang selalu aku gunakan untuk merampok. Lalu saya menjerit mengucapkan, "Ampunilah aku, ampunilah aku." sambil menaburkan debu di atas kepala saya. Lalu saya mendengar suara ghaib, 'Kami telah mengampunimu, Kami telah mengampunimu.' Dan ketika saya menghampiri teman-teman saya, mereka bertanya, 'Apakah yang telah terjadi pada dirimu?' Saya menjawab, 'Dahulu aku memutuskan hubungan dengan Allah swt., sekarang aku telah berdamai dengan-Nya.' Setelah mengucapkan perkataan tersebut, saya menceritakan semua kisah yang telah saya alami, sehingga mereka berkata, 'Kami juga berdamai dengan Allah swt.' Setelah itu mereka mematahkan pedang masing-masing, dan semua hasil rampokan kami tinggalkan, setelah itu kami membeli pakaian ihram, lalu kami berangkat ke Makkah. Setelah tiga hari tiga malam, sampailah kami di sebuah desa. Di sana kami bertemu dengan seorang wanita tua yang sudah buta matanya. Kemudian, sambil menyebut nama saya ia bertanya, 'Adakah di antara kalian orang Kurdi yang bernama Fulan?' Teman-teman saya menjawab, 'Ya, ada.' Lalu wanita itu mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan berkata, 'Anakku sudah tiga hari meninggal dunia, ia meninggalkan pakaian-pakaian ini. Sejak tiga hari itu pula aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw., beliau bersabda, 'Berikanlah pakaian anakmu itu kepada si Fulan dari kabilah Kurdi.' Kemudian saya mengambil pakaian-pakaian tersebut, dan selanjutnya kami semua memakainya." (dari Kitab Raudh ).

Dari kisah tersebut terdapat dua pelajaran. Yang pertama adalah tentang rezeki dari Allah swt. untuk seekor ular yang buta. Kedua, pemberian pakaian dari Rasulullah saw.. Jika Allah swt. berkehendak untuk menolong seseorang, tidaklah sulit bagi Dia untuk menciptakan sebab-sebab pertolongan itu. Dialah Yang menciptakan penyebab kekayaan dan penyebab kefakiran. Dengan keberkahan taubat yang sungguh-sungguh, pemberian pakaian oleh Rasulullah saw. merupakan sesuatu yang patut dibanggakan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Ibnu Abbas r.huma. meriwayatkan sabda Nabi saw., "Barangsiapa yang kelaparan atau ditimpa kemiskinan, sedangkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari orang lain, maka menjadi hak Allah swt. untuk menjamin rezeki yang halal selama satu tahun." ( Kitab Misykat ).

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Barangsiapa yang mengalami kelaparan atau ditimpa kemiskinan, sedangkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari orang lain, dan ia hanya meminta kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membukakan untuknya pintu rezeki yang halal selama satu tahun." (Kanzul-'Ummal).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang meminta kekayaan kepada Allah swt., Allah swt. akan memberikan kepadanya kekayaan. Dan barangsiapa meminta kesucian dari sesuatu yang tidak baik kepada Allah, maka Allah swt. akan memberikannya. Dan tangan di atas (orang yang memberi) itu lebih baik dari tangan yang di bawah (orang yang meminta). Tidak seorang pun yang membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran."

Ketika Ali Karramallahu Wajhah mendengar suara seseorang di Padang Arafah yang sedang meminta-minta kepada orang-orang, ia memukulnya dengan tongkat, lalu bekata, "Pada hari seperti ini, di tempat seperti ini, kamu meminta-minta kepada selain Allah swt."

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta, Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa membuka pintu pemberian karena Allah swt., maka Allah swt. akan membukakan baginya pintu kebaikan di dunia dan akhirat. Dalam hadits yang lain disebutkan, “Barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta, Allah swt. akan membukakan baginya pintu kefakiran. Seseorang yang membawa tali lalu mengumpulkan kayu bakar dan mengikatnya kemudian menggendongnya dan menjualnya, dan dengan hasil penjualan itu ia memenuhi keperluan hidupnya, itu lebih baik daripada meminta-minta, baik ia mendapatkan pemberian atau tidak." Dan dalam sebuah hadits yang lain disebutkan, "Barangsiapa yang membuka pintu pemberian dengan cara sedekah atau silaturahmi, maka Allah swt. akan memperbanyak baginya (yakni hartanya akan bertambah). Dan barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta dengan niat untuk memperbanyak hartanya, kekurangannya akan semakin bertambah, yakni keperluannya akan terus meningkat, dan penghasilannya tidak akan bertambah." Imran bin Husain r.a. meriwayatkan sabda Nabi saw., "Barangsiapa menghadap Allah swt. dengan sungguh-sungguh, Allah swt. akan menanggung semua keperluannya, dan Allah akan memberikan rezeki yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang hanya sibuk dengan dunia, maka Allah swt. akan menyerahkan orang itu kepada dunia (yakni Allah swt. akan memberinya sesuai dengan jerih payahnya)."

Abu Dzar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Aku berwasiat kepadamu supaya bertakwa kepada Allah ketika sendirian dan ketika di tengah-tengah orang banyak. Jika kamu telah melakukan dosa, maka (untuk menebusnya) kerjakanlah kebaikan. Janganlah meminta-minta kepada seorang pun. Janganlah kamu khianati amanah seseorang. Jangan menjadi hakim di antara dua orang karena ini pekerjaan yang sangat penting, tidak setiap orang mampu melakukannya)."

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang rela dengan yang sedikit, merasa cukup, serta bertawakkal kepada Allah swt, maka ia tidak akan merasa gelisah dalam mencari rezeki. Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa barangsiapa ingin menjadi orang yang paling kuat, hendaknya bertawakkal kepada Allah swt.. Dan barangsiapa ingin menjadi orang yang paling kaya, hendaknya ia lebih percaya kepada apa yang ada di sisi Allah swt. daripada apa yang ada di sisinya. Barang siapa ingin menjadi orang yang paling mulia, hendaknya bertakwa kepada Allah swt. ( Pengalaman menunjukkan bahwa takwa seseorang sangat berpengaruh kepada orang lain. Semakin bertakwa seseorang, kemuliaannya semakin bertambah dalam pandangan orang lain ).


Wahab rah. a. menukilkan firman Allah swt., "Ketika hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku, seandainya bumi dan langit semuanya bersatu untuk memperdayakannya, maka Aku akan memberikan jalan keluar kepadanya.

Ibnu Abbas r.huma. berkata bahwa Allah swt. menurunkan wahyu kepada Nabi Isa a.s., "Bertawakkallah kepada-Ku, maka Aku akan menanggung semua kepeluanmu. Jangan jadikan selain Aku sebagai penolongmu, supaya Aku tidak membiarkanmu."

Dalam banyak hadits disebutkan bahwa anak laki-laki Auf bin Malik r.a. telah ditawan oleh orang-orang kafir dan dibiarkan kelaparan. Kemudian ia diikat denga tali yang terbuat dari kulit dan disiksa dengan kerasnya. Maka ia mengirim kabar kepada ayahnya dengan suatu cara, mengenai keadaannya, dengan tujuan supaya ayahnya memintakan doa kepada Rasulullah saw. untuk dirinya. Setelah Rasulullah saw. mengetahuinya, beliau bersabda, "Sampaikanlah pesan ini kepadanya: Takutlah kepada Allah swt., dan bertawakkallah kepada-Nya, setiap pagi dan sore bacalah ayat ini:


"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan ) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling ( dari keimanan ), maka katakanlah, 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." ( Q.s. At-Taubah: 128-129 ).

Setelah pesan ini sampai kepadanya, ia pun mulai membaca ayat tersebut. Pada suatu hari, tali-tali yang mengikat dirinya terputus dengan sendirinya. Setelah terlepas dari tahanan orang-orang kafir, ia berlari pulang dan membawa serta beberapa hewan orang kafir.
Ibnu Abbas r.huma. berkata, "Barangsiapa yang takut kepada kezhaliman seorang raja, kepada binatang buas, atau takut tenggelam di laut, maka bacalah ayat di atas, insya Allah ia tidak akan ditimpa musibah. Dalam sebuah hadits yang lain juga terdapat perintah supaya memperbanyak membaca:

Ayat di bawah ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami anak laki-laki Auf bin Malik r.a.:


"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah swt., Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah swt., niscaya Dia akan mencukupinya."

Sahabat r.a. tersebut tidak menyangka bahwa rezekinya ditentukan dari harta orang-orang kafir yang sangat menzhaliminya.

Seorang wali berkata, "Saya beserta seorang teman saya tinggal di sebuah gunung. Kami sibuk beribadah setiap saat. Makanan teman saya hanyalah rerumputan. Untuk keperluan makan saya, Allah swt. telah menyediakan seekor rusa betina yang selalu datang kepada saya setiap hari, dan setelah mendekatkan diri kepada saya, ia akan berdiri sambil membuka kedua kakinya, lalu saya meminum susunya. Setelah selesai, rusa itu segera pergi. Peristiwa ini berlangsung cukup lama; rusa betina itu selalu datang kepada saya dan saya meminum susunya. Tempat teman saya di bukit itu jauh dari tempat saya. Pada suatu hari, ia datang kepada saya dan berkata, 'Ada satu kafilah/ rombongan yang berhenti di dekat tempat ini, marilah kita pergi kepada orang-orang di kafilah itu. Di sana mungkin kita akan mendapatkan susu dan bahan-bahan makanan yang lain.' Pada mulanya saya menolaknya, akan tetapi setelah ia memaksa saya, saya pun pergi bersamanya. Maka sampailah kami berdua ke tempat kafilah tersebut, kemudian mereka memberi makan kepada kami. Setelah selesai makan, kami pulang ke tempat masing-masing. Setelah itu, saya selalu menunggu kedatangan rusa betina itu pada saat-saat ia biasa datang, tapi ternyata ia tidak datang. Setelah menunggu beberapa hari, sadarlah saya bahwa karena dosa mengharap makanan dari kafilah tersebut, sehingga pintu rezeki saya telah ditutup."

Penyusun kitab Raudh berkata bahwa secara lahiriah, wali tersebut telah melakukan tiga dosa, yakni: 1) Ia telah meninggalkan tawakkal yang selama ini telah dijalaninya. 2) Ia bersikap tamak, tidak merasa cukup dengan rezeki yang telah diterimanya yang karenanya ia tidak perlu bersusah-payah. 3) Ia memakan makanan yang tidak halal, sehingga ia terjauh dari rezeki yang halal.


Kisah semacam ini mengandung pelajaran yang besar. Kadang-kadang, karena ketamakan kita sendiri, kita terjauh dari nikmat-nikmatnya Allah swt.. Dilihat secara lahiriah, dengan meminta-minta kita akan mendapatkan sesuatu. Akan tetapi karena meminta-minta itu merupakan perbuatan yang buruk, kita akan terjauh dari nikmat-nikmat Allah yang sesungguhnya akan kita dapatkan tanpa mencarinya dan tanpa meminta.
Imam Ahmad bin Hanbal rah.a. berdoa:

"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku agar tidak bersujud kepada selain-Mu, begitu juga jagalah lisanku dari meminta-minta kepada selain Engkau."

Hajinya para wali Allah

oleh Mahodum Hsb pada 18 September 2011 jam 22:10
Salah seorang murid Syaikh Syibli rah.a. baru pulang dari menunaikan ibadah haji. Maka Syaikh Syibli rah.a. mengajukan beberapa pertanyaan. Si murid menceritakan bahwa Syaikh bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah berniat kuat untuk menunaikan haji?”

Saya menjawab, “Ya, saya telah berniat kuat menunaikan haji.” Syaikh bertanya, “Apakah engkau juga berniat untuk meninggalkan semua kehendak-kehendakmu sejak engkau lahir sampai hari ini yang bertentangan dengan ibadah haji?” Saya menjawab, “Tidak, saya tidak berniat seperti itu.” Syaikh berkata, “Kalau begitu engkau belum berniat haji.” Syaikh bertanya, “Apakah engkau melepaskan pakaian yang ada di badanmu ketika engkau mengenakan pakaian ihram?” Saya menjawab, “Ya, saya telah melepaskan semua pakaian yang saya kenakan.” Syaikh bertanya, “Apakah engkau telah memisahkan segala sesuatu selain Allah swt. dari dirimu ketika itu?” Saya menjawab, “Tidak.” Syaikh berkata, “Lalu apa gunanya melepaskan pakaian?” Syaikh bertanya, “Apakah engkau telah bersuci dengan berwudhu dan mandi?” Saya menjawab, “Ya, saya benar-benar telah bersuci.” Syaikh bertanya, “Pada waktu itu, apakah engkau telah bersih dari segala macam kotoran dan kesalahan?” Saya menjawab, “Kalau yang itu, belum.” Syaikh berkata, “Lalu, kesucian macam apa yang telah engkau hasilkan?” Syaikh bertanya, "Apakah engkau mengucapkan Labbaik?" Saya menjawab, "Ya, saya telah mengucapkan Labbaik." Syaikh bertanya, "Apakah engkau mendapat jawaban Labbaik?" Saya menjawab, "Tidak, saya tidak mendengar jawabannya." Syaikh berkata, "Kalau begitu, engkau belum mengucapkan Labbaik." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah masuk ke tanah Haram?" Saya menjawab, "Ya, saya telah masuk ke tanah Haram." Syaikh bertanya, "Apakah pada waktu itu engkau telah berazam untuk meninggalkan semua perkara yang haram untuk selama-lamanya?" Saya menjawab, "Kalau yang itu saya belum melakukannya." Syaikh bertanya, "Kalau begitu, engkau belum masiik di tanah Haram." Syaikh berkata, "Apakah engkau telah mengunjungi Makkah?" Saya menjawab, "Ya, saya telah mengunjunginya." Syaikh bertanya, "Apakah pada waktu itu engkau ingat kampung akhirat?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Kalau begitu engkau belum mengunjungi Makkah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah masuk di Masjidil Haram?" Saya menjawab, "Ya, saya telah masuk di Masjidil-Haram." Syaikh bertanya, "Apakah pada saat itu engkau merasa masuk di dekat Allah swt.?" Saya menjawab, "Saya tidak merasa." Syaikh berkata, "Berarti engkau belum masuk di Masjidil-Haram." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah datang di Ka'bah?" Saya menjawab, "Ya, saya telah datang di Ka'bah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau melihat sesuatu yang karenanya engkau mendatangi Ka'bah?" Saya menjawab, "Saya tidak melihatnya." Syaikh berkata, "Kalau begitu engkau belum melihat Ka'bah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah melakukan Raml di dalam Thawaf?" (Raml adalah cara berlarian yang khusus). Saya menjawab, "Ya, saya melakukannya." Syaikh bertanya, "Apakah dalam berlarian itu engkau telah lari dari dunia sehingga engkau merasa bahwa engkau telah terlepas dari dunia?" Saya menjawab, "Saya belum merasakannya." Syaikh berkata, "Kalau begitu engkau belum melakukan Raml." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah mencium Hajar-Aswad dengan meletakkan tangan di atasnya?" Saya menjawab, "Ya, saya telah melakukannya." Maka Syaikh merasa ketakutan dan keluar dari mulutnya suara aah yang panjang. Lalu ia berkata, "Celaka, tahukah engkau bahwa barang siapa yang mencium Hajar Aswad dengan meletakkan tangan di atasnya, seakan-akan ia telah bersalaman dengan Allah swt.. Dan barang siapa yang diajak bersalaman oleh Allah swt., ia dalam keadaan aman dari segala arah. Lalu apakah telah tampak kesan keamanan pada dirimu?" Saya berkata, "Tidak tampak pada diri saya kesan keamanan itu." Syaikh berkata, "Berarti engkau belum meletakkan tanganmu di atas Hajar Aswad." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah mengerjakan shalat sunah dua rakaat di Maqam Ibrahim?" Saya menjawab, "Ya, saya telah mengerjakannya." Syaikh bertanya, "Pada saat itu engkau telah sampai di martabat yang tinggi di hadapan Allah swt., apakah engkau telah menunaikan hak dari martabat itu, dan apakah engkau telah menyempurnakan maksud yang menjadikan engkau berdiri di tempat itu?" Saya menjawab, "Saya tidak melakukan apa-apa." Syaikh berkata, "Kalau begitu engkau belum mengerjakan shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim." Syaikh bertanya, "Apakah engkau naik ke bukit Shafa ketika melakukan Sa'i antara Shafa dan Marwah?" Saya menjawab, "Ya, saya telah naik di bukit Shafa." Syaikh bertanya, "Apa yang engkau lakukan di sana?" Saya menjawab, "Saya mengucapkan takbir sebanyak 7 (tujuh) kali dan berdoa supaya haji saya diterima." Syaikh bertanya, "Apakah para malaikat mengucapkan takbir bersama ucapan takbirmu dan apakah mau menyadari akan hakikat takbirmu?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Berarti engkau belum mengucapkan takbir." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah turun dari Shafa?" Saya menjawab, "Ya, saya turun darinya." Syaikh bertanya, "Apakah pada waktu itu engkau telah bersih dari segala keburukan?" Saya menjawab, 'Tidak." Syaikh berkata, "Engkau belum naik di bukit Shafa dan belum turun darinya." Syaikh bertanya, "Apakah engkau berlari antara Shafa dan Marwah?" Saya menjawab, "Ya." Syaikh bertanya, "Pada waktu itu apakah engkau telah berlari dari segala sesuatu dan telah sampai kepada Allah swt.. (Kemungkinan menunjuk kepada ayat dalam surat Syuara' yang menerangkan kisah Nabi Musa a.s. "Aku lari darimu apabila aku takut kepadamu." dan "Dan berlarilah menuju Allah.") Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Engkau belum berlari antara Shafa dan Marwah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah naik di bukti Marwah?" Saya menjawab, "Ya, saya telah naik di atasnya." Syaikh bertanya, "Apakah sakinah turun ke atasmu dan engkau mendapatkan sakinah secara sempurna?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Engkau belum naik ke atas bukit Marwah." Syaikh bertanya, "Apakah di sana engkau telah menumpahkan harapan kepada Allah swt. yang tidak disertai dengan perbuatan dosa?" Saya menjawab, "Itu belum bisa." Syaikh berkata, "Engkau belum pergi ke Mina." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah masuk di Masjid Khaif (yang berada di Mina)?" Saya menjawab, "Ya, saya masuk di dalamnya." Syaikh bertanya, "Apakah engkau pada waktu itu merasa takut kepada Allah swt. yang tidak pernah engkau rasakan pada saat yang lain?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Engkau belum masuk di masjid Khaif." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah sampai di padang Arafah?" Saya menjawab, "Ya, saya sampai di sana." Syaikh bertanya, "Waktu di sana, apakah engkau mengetahui apa maksudnya engkau datang di dunia, apa yang sedang engkau kerjakan, dan sekarang mau pergi ke mana, dan apakah engkau mengenali perkara-perkara yang mengingatkan keadaan itu?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Engkau juga belum pergi ke Arafah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah pergi ke Muzdalifah?" Saya menjawab, "Ya, saya telah pergi ke sana." Syaikh bertanya, "Apakah engkau di sana berdzikir kepada Allah swt. sedemikian rupa sehingga selain Allah swt. terlupakan?" (Sebagaimana yang telah disebutkan oleh ayat "Dan ingatlah Allah di Masy'aril Haram.)" Saya menjawab, "Saya tidak melakukan seperti itu." Syaikh berkata, "Kalau begitu engkau tidak sampai di Muzdalifah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau menyembelih binatang kurban di Mina?" Saya menjawab, "Ya." Syaikh bertanya, "Apakah pada waktu itu engkau telah menyembelih nafsumu?" Saya menjawab, "Tidak."

Syaikh berkata, "Berarti engkau belum menyembelih binatang kurban." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah melempar Jumrah (melempar syaitan dengan kerikil)?" Saya menjawab, "Ya, saya telah melempar Jumrah." Syaikh bertanya, "Bersamaan dengan setiap batu apakah engkau telah melemparkan satu kejahilanmu yang lalu dan merasakan bertambahnya ilmu?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Engkau juga belum melempar Jumrah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah melakukan Thawaf Ifadhah?" Saya menjawab, "Ya, saya telah melakukannya." Syaikh bertanya, "Pada waktu itu adakah suatu hakikat terbuka ke atasmu, dan apakah telah turun ke atasmu kehormatan dan jamuan dari Allah swt.?, karena Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang pergi haji dan Umrah adalah orang yang menziarahi Allah swt.. Dan orang yang diziarahi punya kewajiban untukmenuliskan dan menghormati orang-orang yang menziarahinya." Saya menjawab, "Tidak ada sesuatu hakikat yang terbuka kepada saya." Syaikh berkata, "Engkau juga belum melakukan Thawaf Ifadhah." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah bertahallul? (Tahallul adalah melepaskan pakaian ihram). Saya menjawab, "Ya, saya telah bertahallul." Syaikh berkata, "Engkau juga belum bertahallul." Syaikh bertanya, "Apakah engkau telah melakukan Thawaf Wada'?" Saya menjawab, "Ya, saya telah melakukannya." Syaikh bertanya, "Apakah waktu itu engkau telah mengucapkan selamat tinggal dengan sepenuhnya kepada jiwa ragamu (hawa nafsumu)?" Saya menjawab, "Tidak." Syaikh berkata, "Engkau belum melakukan Thawaf Wada'." Kemudian Syaikh berkata, "Pergi hajilah kembali, dan tunaikanlah haji sebagaimana yang telah saya terangkan kepadamu secara terperinci tadi."

Mudah sekali Untuk Mendapatkan Lailatul Qadar


Umat islam hari ini beranggapakan sangat sulit sekali untuk mendapatkan Lailatul Qadar dan hanya orang-orang tertentu saja yang mendapatkannya. Padahal setiap orang islam berhak mendapatkan Lailatul Qadar dan caranya pun mudah sekali. Tinggal ada kemauan atau tidak untuk mendapatkannya.

Didalam hadits dikatakan Barangsiapa beramal fardhu di bulan Ramadhan, maka pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan lainnya.

Kalau kita ditanya untuk mendapatkan pahala yang dilipat gandakan 70 kali lipat pada bulan Ramadhan ini bagaimana caranya ...???

Pasti kita akan menjawab : Kita harus berpuasa.

Semua pasti akan setuju dengan pendapat ini bahwa syaratnya “PUASA”
Kalau ada satu orang memasuki bulan Ramadhan tetapi dia tidak PUASA. Maka kita pun akan mengatakan : Orang seperti ini tidak akan mendapatkan pahala 70 kali lipat ganda.

Jadi syarat untuk dilipat gandakan amal 70 kali lipat pada bulan Ramadhan adalah “PUASA”

Hal ini dulu yang perlu kita fahami.

Yang perlu ditekankan lagi, “SIAPA SAJA YANG BERPUASA MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA 70 KALI LIPAT GANDA “.

Allah SWT berfirman : Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (QS. Al Qadr : 3)

Seribu bulan itu 83 tahun 4 bulan.

Maksudnya barang siapa yang beramal ibadah pada malam Lailatul Qadar maka lebih baik dari beribadah 83 tahun 4 bulan.

• Barang siapa yang shalat pada malam Lailatul Qadar maka dia mendapat pahala shalat 83 tahun 4 bulan.
• Barang siapa yang berzikir pada malam Lailatul Qadar maka dia mendapat pahala zikir 83 tahun 4 bulan.
• Barang siapa yang membaca Al Qur’an pada malam Lailatul Qadar maka dia mendapat pahala membaca Al Qur’an 83 tahun 4 bulan.

Jadi, setiap amalan sama nilainya dengan beribadah 83 tahun 4 bulan.
Pendapat umum yang beredar dilangan orang awam. KALAU KITA BERJUMPA DENGAN LAILATUL QADAR. APAPUN PERMINTAAN KITA AKAN DIKABULKAN OLEH ALLAH SWT.

Misalkan:
Minta uang yang banyak jumpa Lailatul Qadar maka akan langsung diberi uang banyak.
Minta istri yang cantik jumpa Lailatul Qadar maka akan langsung diberi istri yang cantik.
Minta jabatan yang tinggi jumpa Lailatul Qadar maka akan langsung diberi jabatan yang tinggi.

Bukan seperti itu. Ini pendapat yang salah

Untuk lebih memperjelas. Bagai mana sebenarnya asal usul Lailatul Qadar.
Di dalam Durrul-Mantsur terdapat sebuah hadits dan Anas r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Lailatul-Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”
Terdapat beberapa pendapat mengenai alasan dikaruniakannya Lailatul-Qadar. Menurut beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai berikut:

Rasulullah SAW. pernah merenungkan usia umat-umat terdahulu yang lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT. dengan kasih sayangNya yang tidak terhingga mengaruniakan Lailatul-Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam Lailatul-Qadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih. Riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah saw bercerita kepada para sahabatnya tentang kisah seseorang yang sangat shalih dan Bani Israil yang telah menghabiskan waktunya selama seribu bulan untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar kisah ini, para sahabat r.hum merasa iri. Terhadap hal ini, Allah SWT. mengaruniakan kepada mereka Lailatul-Qadar sebagai ganti dan beribadah selama 1000 bulan tersebut. Ada juga riwayat lainnya yang menyatakan bahwa Nabi SAW. pernah menyebutkan empat nama Nabi dan Bani Israil, yang masing-masing telah menghabiskan delapan puluh tahun untuk berbakti dan beribadah kepada Allah tanpa pernah mendurhakaiNya sekejap mata pun. Mereka adalah Ayyub as., Zakariya as., Hizkil as., Yusya’ as. Mendengar hal ini para sahabat merasa iri. Lalu Jibril a.s. datang dan membacakan surat Al-Qadar; yang mewahyukan tentang keberkahan malam yang istimewa ini.

Asbabun Nuzul QS. Al Qadr : 3

Imam Tirmizi, Imam Hakim dan Imam Ibnu Jarir semuanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Hasan bin Ali yang menceritakan bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bermimpi melihat Bani Umaiyah berada di atas mimbarnya, maka hal itu membuatnya berduka cita. Lalu turunlah ayat ini, yaitu, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar." (Q.S. Al Kautsar, 1) dan turun pula ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." (Q.S. Al Qadar, 1-3) Artinya, seribu bulan itu dimiliki oleh Bani Umaiyah sesudahmu. Al Qasimul Harrani mengatakan, kami hitung-hitung (umur kekhalifahan Bani Umaiyah), ternyata masa kekhalifahan mereka itu hanya berlangsung selama seribu bulan tidak lebih dan tidak pula kurang. Imam Tirmizi memberikan komentarnya bahwa hadis ini berpredikat Gharib atau aneh. Sedangkan Muzanni dan Ibnu Katsir mengatakan, hadis ini berpredikat Mungkar Jiddan atau sangat diingkari. Ibnu Abu Hatim dan Wahidi kedua-duanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan, bahwasanya Rasulullah saw. pernah menceritakan tentang seorang lelaki dari kalangan kaum Bani Israel; ia menyandang senjatanya selama seribu bulan untuk berjuang di jalan Allah. Kaum muslimin merasa takjub atas hal tersebut, maka Allah swt. segera menurunkan firman-Nya; "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." (Q.S. Al Qadar, 1-3) Maksudnya, beramal saleh pada malam kemuliaan itu jauh lebih baik dan jauh lebih besar pahalanya daripada pahala seorang lelaki yang menyandang senjatanya selama seribu bulan di jalan Allah. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan, bahwa di kalangan orang-orang Bani Israel terdapat seorang laki-laki yang setiap malam selalu salat hingga pagi hari, kemudian pada siang harinya ia selalu berjihad melawan musuh-musuh Allah hingga sore harinya. Hal tersebut dilakukannya selama seribu bulan secara terus-menerus. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Lailatulkadar (malam kemuliaan) itu lebih baik daripada seribu bulan." (Q.S. Al Qadar, 3) Maksudnya, beramal saleh pada malam lailatulkadar itu pahalanya jauh lebih baik dan lebih besar daripada amalan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israel itu.

Jadi bagai mana caranya untuk mendapatkan Lailatul Qadar ... ???

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah saw beri’tikaf pada sepuluh hari awal Ramadhan, kemudian dilanjutkan pada sepuluh hari pertengahan di sebuah kemah Turki, lalu Beliau mengulurkan kepalanya seraya menyeru manusia, maka orang-orang pun mendatanginya. Lalu beliau bersabda,” Aku telah beri’tikaf sejak sepuluh hari awal bulan ini untuk mendapatkan Lailatul Qadr, kemudian sepuluh hari pertengahan. Lalu dikatakan kepadaku bahwa Lailatul Qadar itu ada di sepuluh hari yang terakhir. Maka barangsiapa ingin beri’tikaf, I’tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” Lalu orang-orang pun beri’tikaf bersama beliau. Beliau bersabda,” Aku bermimpi melihat Lailatul Qadar pada malam ini, tetapi dibuat lupa, dimana pada pagi-pagi aku sujud di tanah yang basah. Maka carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.” Memang malam itu hujan, sehingga masjid tergenang air. Setelah selesai sholat shubuh, Rasulullah saw keluar sedangkan di kening beliau menempel tanah basah. Malam itu adalah malam ke-21 dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” ( Hadits Bukhari, Muslim- Misykat )
I’tikaf pada bulan Ramadhan adalah amalan yang biasa dilakukan oleh Nabi SAW. Pada bulan ini, beliau beri’tikaf selama sebulan penuh. Dan pada tahun terakhir di akhir hayatnya, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. Karena kebiasaan beliau yang amat mulia itu (I’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan), maka para ulama berpendapat bahwa I’tikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah sunnah muakaddah.

Syarat untuk dilipat gandakan amal 70 kali lipat pada bulan Ramadhan adalah “PUASA”

Syarat untuk mendapatkan Lailatul Qadar adalah “I’TIKAF”

Semua hadits dari nabi SAW menganjurkan I’TIKAF untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

Kalau ada satu orang memasuki 10 hari akhir Ramadhan tetapi dia tidak I’TIKAF maka orang seperti ini tidak akan mendapat Lailatul Qadar.

Yang perlu ditekankan lagi, “SIAPA SAJA YANG BER I’TIKAF MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA LEBIH BAIK DARI SERIBU BULAN ATAU 83 TAHUN 4 BULAN”.

Sebagaimana tadi sudah kita jelaskan diatas, “SIAPA SAJA YANG BERPUASA MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA 70 KALI LIPAT GANDA “.

Tidurnya orang yang berpuasa saja dihitung ibadah. Bagaimana pula tidurnya orang yang I’tikaf pada malam Lailatul Qadar, berapa besar pahalanya...? Itu masih tidurnya, bagai mana dengan shalatnya, zikirnya baca Al Qur’annya. Apalagi DAKWAHNYA, lebih DAHSYAT lagi.

Intinya siapa saja yang I’tikaf maka dia akan mendapat Lailatul Qadar.
JADI MUDAHKAN ...???

TIDAK PAYAH ...

Ulama berbeda pendapat masalah harinya bukan masalah dapat tidak dapatnya. Jadi semua kebagian Lailatul Qadar. Masalahnya Cuma mau atau tidak.

Maulana Zakariyya rah.a katakan Beruntanglah orang yang mulai dari baligh tidak pernah tertinggal Lailatul Qadar.

Tidak ada satu hadits pun yang dikatakan oleh Nabi SAW beribadah dirumah akan mendapatkan Lailatul Qadar. Jadi kita jangan bermimpi untuk mendapatkannya kalau tidak I’tikaf.

Satu orang kaya telah mengatakan : “Siapa saja yang datang kerumah saya dalam masa waktu 10 hari ini dan didalam 10 hari itu ada 1 hari, saya akan membagi-bagikan uang 100 juta kepada siapa saja yang datang.

Maka setiap orang akan berpikir : “Untuk mendapatkan uang yang 100 juta tersebut. Jalan satu-satunya menginap dirumah orang kaya tersebut”
Siapa pun orangnya akan berpikiran demikian.

Tibalah masa waktu uang dibagi. Kita katakanlah hari ke 5. Waktu pembagian uang ada yang sedang makan, ada yang sedang tidur dsb. Orang kaya tadi sudah berjanji akan memberikan uang 100 juta kepada siapa saja yang datang. Maka yang tertidur pun akan tetap diberikan uang karena dia sudah mau datang. Apakah orang yang tidak hadir ketika itu akan mendapatkan uang. Jawababnya : TENTU TIDAK AKAN MENDAPATKAN walau hanya Rp. 1,-

Allah SWT telah menjanjikan Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan dan masih banyak lagi kelebihannya. Jadi mengapa kita tidak mau I’tikaf... ??? Berkorban sedikit saja untuk mendapatkan pahala yang besar.
Begadang setiap malam untuk menonton siaran bola selama piala dunia kita sanggup. Tentu untuk I’tikaf juga kita pasti sanggup.

Semua sedia Insya Allah ...

Sebenarnya bagi satu orang dai itu tiada hari tanpa Lailatul Qadar.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Berdiri sesaat di jalan Allah lebih baik daripada beribadah di malam Lailatul Qadar di depan Hajr Aswad.” (Hr. Ibnu Hibban. Berkata pentahqiq, “Isnadnya shahih” X/463)

Rasulullah SAW, besabda : "Orang yang shalat isya berjamaah kemudian shalat empat rakaat sebelum ia keluar masjid, maka seperti membandingi Lailatul Qadar." (HR Thabrani)

Semua sedia Insya Allah ...

Menjadikan hari-harinya Lailatul Qadar

Catatan : Bagi Wanita Sebaiknya di rumah
Jadi jangan pernah katakan saya belum pernah mendapatkan Lailatul Qadar

SEBAGAI BAHAN RENUNGAN BAGI YANG INGIN MENCARI LAILATUL QADAR

Dari Aisyah rha Rasulullah SAW bersabda, “Carilah malam Lailatul-Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam pada akhir bulan Ramadhan (Bukhari - Misykat).

Menurutjumhur ulama, sepuluh hari terakhir dimulai dan malam yang ke-21. Biasanya bulan Ramadhan terdiri dan 29 atau 30 hari, maka siapa saja hendaknya mencari malam Lailatul-Qadar pada malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Meskipun dalam sebulan terdiri dan 29 hari, malam-malam itu disebut sebagai sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Tetapi Ibnu Hazm berpendapat lain, yakni lafazh ‘asyrah dalam hadits di atas maksudnya adalah sepuluh. Berarti, perhitungan di atas benar jika bulan Ramadhan berlangsung 30 hari. Akan tetapi, jika bulan Ramadhan berlangsung selama 29 hari, maka sepuluh hari terakhir dimulai dan malam ke-20. Menurut perhitungan ini, maka malam ganjil adalah malam ke-20, 22, 24, 26, dan 28. Walaupun demikian, Nabi SAW. menganjurkan para sahabatnya agar mencari malam Lailatul-Qadar diiringi dengan i’tikaf. Aiim ulama telah sepakat bahwa ketika mencari Laiiatul-Qadai Rasulullah saw. beri’tikaf mulai dan malam ke-21 bulan Ramadhan. Berdasarkan hal ini, alim ulama sepakat bahwa Lailatul-Qadar turun pada malam yang ganjil, walaupun ada kemungkinan Lailatul-Qadar turun pada malam lainnya. Kedua pendapat ini dapat digunakan. Dengan demikian, setiap malam mulai malam ke20 sampai malam Idul Fitri, sebaiknya digunakan hanya untuk beribadah dengan penuh konsentrasi untuk memperoleh Lailatul-Qadar. Sepuluh atau sebelas malam beribadah tidaklah berat jika dibandingkan dengan besarnya pahala yang dijanjikan Allah SWT.

Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahuiLailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan/haripertama bulan Ramadhan :
1. Jika hari pertama jatuh pada hari ahad atau hari rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 29 Ramadhan
2. Jika hari pertama jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 21 Ramadhan
3. Jika hari pertama jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 25 Ramadhan
4. Jika hari pertama jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 23 Ramadhan
5. Jika hari pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadhan ( Sulaiman Al Kurdi juz hal 188 )

DAKWAH DIMANA SAJA KAPAN SAJA DAN DENGAN SIAPA SAJA


Satu orang germo bertobat dan ikut ambil bagian dalam usaha dakwah. Sudah 20 tahun dia menggeluti propesinya sebagai germo. Apakah setelah dia ikut dalam usaha dakwah, dia langsung tinggalkan teman-temannya yang masih dalam kegelapan. Sibuk menghidupkan maqami dan intiqali. Apa kata Mufthi Lutfhi : “20 tahun dia telah menyesatkan teman-temannya sebagai germo. Maka dia pun berkewajiban 20 tahun mendakwah teman-temannya supaya ikut ambil bagian dalam usaha dakwah.

Satu orang dai pergi ke club malam atau tempat prostitusi. Kita jangan langsung sangka buruk kepada dia. Waktu masuk tempat itu dia pakai baju preman dan kawan-kawan jamaah lain yang melihatnya langsung mengatakan bahwa dia sudah kembali kehabitatnya. Padahal tidak demikian. Dia datang setiap malam ketempat itu untuk buat dakwah kepada teman-temannya.
Satu orang penjual peti mayat ikut ambil bagian dalam dakwah. Semua karkun tempatan mengatakan supaya dia meninggalkan usahanya menjual peti mayat karena peti mayat yang dia buat dijual untuk orang kristen. Jadi, kalau dia meninggalkan usaha menjual peti mayat siapa lagi yang buat dakwah kepada orang kristen yang hampir setiap hari jumpa dengan dia untuk membeli peti mayat.

Nabi Ibrahim as karena berkhitmat kepada ayahnya dia telah menjual patung. Ketika menjual patung apa katanya : “Patung ini tidak bisa memberi mamfaat dan mudorat tanpa izin Allah”
Satu orang satpam penjaga club malam ikut ambil bagian dalam dakwah. Dia tanya sama masyeikh apakah saya harus berhenti dari pekerjaan saya. Masyeikh katakan : “Jangan, tetaplah bekerja disana”.  Asbab dia kerja disana dan setiap hari pakai baju sunnah. Orang-orang malu datang kesana dan akhirnya club malam itu tutup.

Satu orang yang kesehariannya bergaul dengan komputer. Dia bekerja dari jam 8 sampai jam 4. Baik dia teknisi komputer atau operator komputer atau menjaga warnet atau bagian traveling atau kerja kantor. Dia buat dakwah di Facebook, Twittir, web dsb. Para karkun telah mengatakan kepada dia itu tidak sunnah. Ini sebenarnya suatu kesalahan yang mengatakan dakwah melalui internet itu salah. Kalau dia tidak buat dakwah di internet jadi siapa lagi orang yang mengingatkan mereka yang lalai setiap harinya didepan komputer sambil berinternet. Sebenarnya dalam keadaan begini suatu kesalahan besar kalau dia tidak buat dakwah di internet karena dari jam 8 sampai jam 4 dia habiskan waktunya 8 jam setiap harinya. Apalah salahnya dia luangkan waktu untuk dakwah di internet.

Jadi, dimana saja kapan saja dan dengan siapa saja. Jangan terkesan dengan suasana dan keadaan.

Tukang becak buat dakwah kepada penumpangnya
Supir taksi buat dakwah kepada penumpangnya
Tunkang bakso buat dakwah kepada pelanggannya
Pedagang buat dakwah kepada pembelinya
Pegawai buat dakwah kepada rekan kerjanya
Meneger buat dakwah kepada bawahannya
Operator komputer buat dakwah melalu internet

Jadi jangan kita menyalahkan orang-orang yang buat dakwah melalui internet apalagi mengatakan bid’ah.

Malah suatu kesalahan besar kalau dia tidak buat dakwah melalu internet. Dia sudah punya kemampaun dan keluangan waktu untuk buat dakwah di internet tapi dia tidak melakukannya. Karena sebahagian besar waktunya dia habiskan didepan komputer.

Sebagaimana suatu kesalahan besar apabila manager tidak buat dakwah kepada bawahannya padahalan dia punya kemampuan dan kekausaan untuk buat dakwah kepada bawahannya
Apa pun propesi atau pekerjaan kita berdakwahlah sesuai dengan kapasitas kita jangan saling menyalahkan.

Dakwah itu sendiri ada 4
1. Dakwah Umumi
2. Dakwah Khususi
3. Dakwah Ijitimai
4. Dakwah Inpirodi

Dakwah yang dilakukan ketika kita dalam bekerja ini dikategorikan dakwah Inpirodi. Jadi, suatu kesalahan besar kalau ada yang menafikan dakwah inpirodi ini.

Seperti sebuah mobil mempunyai roda 4, kalau rodanya tidak ada satu maka mobil ini tidak akan bisa jalan. Jadi keempat metode dakwah ini harus dibuat supaya dakwahnya berjalan dengan baik.

Seperti ada pernyataan “Jaulah ini adalah maksud sedangkan bayan keperluan, kalau kita tidak buat bayan tidak ada masalah yang penting kita buat jaulah”.

Jaulah itu penting, Bayan pun penting. Ingat jaulah itu Dakwah Umumi dan Bayan itu Dakwah Ijitimai. Jangan kita mengatakan Bayan itu tidak penting tetapi sama-sama penting. Sedangkan tujuan jaulah adalah mengundang untuk shalat berjamaah kemesjid dan mendengar penyampaian agama (Bayan).

Jadi jangan ada dalam pikiran kita dakwah ini yang paling penting tetapi keempat metode dakwah itu sama-sama penting. Sebagaimana tadi empat buah roda mobil. Jangan kita mengatakan roda depan yang lebih penting atau roda yang belakang lebih penting. Tetapi sama-sama penting dan saling melengkapi.

Kalau tidak salah ini kisahnya Bay Wahab. Beliau dulu kuliah di Amerika ketika pulang kampung ke India dan beliau kena taskiel dan ikut ambil bagian dalam dakwah. Karena gairah agama yang begitu tinggi sudah masuk kedalam hatinya. Bay Wahab mengatakan saya mau menghafal Al Qur’an di pesantren ini. Maulana Yusuf setuju dengan pendapat ini. Tetapi ketika Bay Wahab jumpa dengan Maulana Ilyas, beliau mengatakan : “Sebaiknya kamu kuliah lagi di Amerika dan buat dakwah disana, kalau kamu tinggalkan kuliahmu, siapa lagi yang akan buat dakwah disana”.
Bay Wahab kuliah kembali dan setelah selesai kuliah. Bay Wahab menjual rumahnya sehingga istri dan anaknya ngontrak rumah supaya terbentuk jamaah yang pertama kali dihantar ke Amerika. Asbab pengorbanan Bay Wahab sekarang sudah banyak gereja yang berubah jadi mesjid dan hampir setiap hari ada yang masuk islam. Setelah pulang dari sana Bay Wahab menghafal Al Qur’an dan alhamdulillah beliau adalah seorang hafidz.

Satu orang Propesor, masyeikh dari India pernah dalam penyampaian beliau dalam jurd pelajar waktu di Kebun Jeruk.

Waktu saya kuliah kami buat taklim dibawah sebuah pohon dikampus karena tidak ada mesjid didalam kampus. Mahasiswa dan dosennya hampi 50% muslim dan 50% non muslim. Jadi shalat berjamaah pun mereka dibawah pohon itu. Setelah beberapa bulan berjalan. Rektornya memanggi dia dan teman-temannya dan mengatakan akan memberikan satu ruangan khusus kepada mereka untuk buat program taklim dan shalat berjamaah.

Bukan main senangnya mereka karena mendpat fasilitas dari kampus. Didalam ruangan itu ada salib yang tergantung, tepat diarah kiblat shalat. Jadi setiap hari mereka harus menurunkan salib dan memajangnya kembali. Itulah yang mereka lakukan setiap hari sampai tammat dari kampus tersebut.

Setelah saya tamaat saya baru berpikir. Ketika kami dulu buat taklim dan shalat berjamaah di bawah pohon semua orang melihatnya dan inilah sebenarnya dakwah yang sesungguhnya. Tetapi setelah didalam ruangan tidak ada lagi suasana dakwah malah kami yang terdakwah setiap hari menurunkan salib dan memajangnya kembali. Rektor mereka itu rupanya seorang misionaris dan jaul lebih pintar dari mereka.

Jadi buatlah selalu suasana dakwah dimana saja kapan saja dan dengan siapa saja dan berdakwahlah sesuai dengan propesi dan kemampuan kita.

Jadi jangan kita menyalahkan teman kita yang buat dakwah dengan metode yang berbeda ketika buat dakwah inpirodi dalam suasana pekerjaannya yang penting jangan lupa meluangkan waktu setiap hari 2 ½ jam dan 3 hari setiap bulan dan 40 hari atau 4 bualan setiap tahun.

Satu orang mahasiswa hendak ambil S2 ke jepang. Musyawarah dengan syuro Indonesia beliau tidak dikasih untuk kesana taku suasana dan keadaan disana mempengaruhi dia. Sihingga makin jauh dari agama. Tidak puas dengan hal ini waktu masyeikh datang dia tanya kan hal ini. Masyeikh katakan silahkan berangkat ke Jepang tapi jangan lupa buat dakwah. Asbab dakwah yang dibuatnya disana sebuah bihara telah berubah menjadi mesjid.

Satu orang dai yang mempunyai istri pelacur. Dia musyawarah dengan masyeikh saya ingin bercerai dengan istri saya. Masyeikh katakan sudah berapa lama menikah. Dijawab 10 tahun. Masyeikh katakan engkau harus bersabar 10 tahun untuk mengajak dia dan banyak ikrom kepadanya. Hal ini pun dilakukan tetapi tidak ada juga perubahan. Musyawarah lagi dengan Masyeikh, Masyeikh katakan sekarang kamu setiap hari hantar jemput istrimu ketempat pekerjaannya. Makin kacau lagi setiap hari hantar jemput istri yang pekerjaannya pelacur. Tetapi dia taat dan setiap hari menunggu istrinya. Lama kelamaan istrinya berubah dan ikut ambil bagian dalam dakwah dan menjadi salah satu penanggung jawab di Pakistan.

Jadi buatlah dakwah dengan kemampuan yang ada pada kita.

DIMANA SAJA KAPAN SAJA DAN DENGAN SIAPA SAJA

SILATURAHMI


Diriwayatkan dari Anas r.a., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya ( dipanjangkan umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi." ( Hadits Muttafaq 'alaih, Misykat ).

Keterangan
Maksud dilamakan bekas telapak kakinya adalah dipanjangkan umurnya. Karena semakin banyak umur seseorang, maka semakin banyaklah jejak telapak kakinya yang berbekas di atas bumi, dan jika ia meninggal dunia, maka jejak kakinya akan terhapus dari bumi. Terhadap hal ini, banyak yang bertanya bahwa umur setiap orang itu sudah di tentukan. Lalu bagaimana yang dimaksud dengan hadits ini? Di beberapa tempat dalam Al-Qur'an disebutkan dengan jelas bahwa setiap orang mempunyai waktu yang sudah ditentukan, tidak bisa dimajukan dan tidak bisa diundur, karena itu sebagian ulama mengartikannya sebagai "keberkahan" sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa rezekinya akan dilapangkan. Waktunya sangat berkah sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain dalam beberapa hari dapat dilakukan olehnya dalam beberapa jam saja. Dan pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain dalam waktu berbulan-bulan dapat diselesaikan olehnya dalam hitungan hari. Sebagian ulama mengartikan, maksud dipanjangkan umurnya adalah dikenang kebaikannya dan dipuji, yakni orang-orang menyebut kebaikannya hingga beberapa lama. Sebagian ulama menulis, maksudnya adalah anak-anaknya bertambah, sehingga silsilahnya akan terus berlangsung hingga beberapa lama setelah ia meninggal dunia. Itulah beberapa makna yang bisa disimpulkan.

Jika Nabi saw. yang sabdanya pasti benar telah memberitahukan hal tersebut, maka apa saja yang beliau sabdakan tentu benar adanya. Allah swt. adalah Dzat Yang Mahasuci, berkuasa mutlak, dan telah menciptakan semua wasilah. Bagi Dia, apa susahnya menciptakan wasilah. Dia mampu menciptakan wasilah bagi setiap benda yang Dia kehendaki, sehingga akal orang-orang yang pandai akan merasa takjub. Karena itu, kita tidak boleh meragukan sedikit pun tentang hal yang kita bicarakan ini. (Mazhahirul-Haqq). Takdir adalah suatu kepastian. Meskipun demikian, Allah swt. menjadikan dunia ini sebagai darul-asbab dan Dia telah menciptakan wasilah, baik yang dzahir ataupun yang batin untuk setiap sesuatu. Orang yang sakit perut akan datang kepada dokter atau yang lainnya dalam satu menit, karena mungkin akan mendapat faedah dari obat yang diberikan, dengan harapan agar panjang umur. Padahal, umur itu sudah ditentukan. Maka tidak ada alasan untuk tidak berusaha lebih keras memanjangkan umur dengan bersilaturahmi daripada berobat. Silaturahmi sebagai sebab panjangnya umur itu lebih pasti dibandingkan sebab lainnya. Inilah sabda seorang tabib yang ramuannya tidak pernah salah, sedangkan di dalam ramuan tabib dan resep dokter itu terdapat banyak kemungkinan untuk salah.

Sabda Rasulullah saw. yang baru saja disebutkan di atas ditulis di dalam beberapa hadits dengan pokok pembahasan yang berbeda-beda. Karena itu tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Ali r.a. meriwayatkan dalam sebuah hadits, "Barangsiapa yang mengambil tanggungjawab atas satu perkara, aku akan menjamin baginya empat perkara. Barangsiapa bersilaturrahmi, umurnya akan dipanjangkan, kawan-kawannya akan cinta kepadanya, rezekinya akan dilapangkan, dan ia akan masuk ke dalam surga." (Kanzul-'Ummal).

Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. bahwa tiga perkara berikut ini benar adanya: 1) Barangsiapa yang dizhalimi kemudian ia memaafkan, maka kemuliaannya akan bertambah. 2) Barangsiapa yang meminta-minta untuk meningkatkan hartanya, maka akan berkurang hartanya. 3) Barangsiapa yang membuka pintu pemberian dan silaturahmi, maka hartanya akan bertambah. (Durrul-Mantsur)

Faqih Abu Laits rah.a. berkata bahwa di dalam silaturahmi ada sepuluh perkara yang patut di puji:
1) Di dalamnya terdapat keridhaan Allah swt., karena silaturahmi adalah perintah-Nya.
2) Menggembirakan sanak saudara. Rasulullah saw. bersabda, "Amal yang paling utama adalah menyenangkan hati orang beriman."
3) Malaikat merasa sangat senang.
4) Orang Islam akan memujinya.
5) Syaitan laknatullah 'alaih akan sangat bersedih.
6) Silaturahmi dapat memanjangkan umur.
7) Silaturahmi menyebabkan keberkahan rezeki.
8) Orang-orang yang telah meninggal, yakni kakek dan ayahnya, merasa senang bila mengetahui perbuatannya itu.
9) Dengan bersilaturrahmi, hubungan antarsesama akan kuat. Jika kita menolong seseorang dan bermurah hati terhadap seseorang, maka pada waktu kita mengalami kesusahan dan mempunyai keperluan, ia akan menolong kita dengan sepenuh hati.
10) Setelah mati, kita akan selalu memperoleh pahala karena siapa saja yang kita tolong, ia akan selalu mengingat kita dan mendoakan kita.

Anas r.a. berkata, "Pada Hari Kiamat, ada tiga macam orang yang berada di bawah naungan 'Arsy Ar-Rahman:
1) Orang yang bersilaturrahmi, bahkan ketika di dunia umurnya akan dipanjangkan, rezekinya akan dilapangkan, dan kuburnya akan diluaskan.
2) Wanita yang ditinggal mati suaminya dan ia tidak menikah karena memelihara anak-anaknya yang masih kecil hingga menginjak dewasa, supaya tidak timbul kesulitan dalam merawat dan memelihara mereka.
3) Orang yang menyiapkan makanan kemudian mengundang anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Hasan r.a. meriwayatkan dari Rasulullah saw., "Ada dua langkah yang sangat disukai oleh Allah swt.:
1) Kaki yang dilangkahkan untuk menunaikan shalat fardhu.
2) Kaki yang dilangkahkan untuk bertemu dengan sanak saudaranya.

Sebagian ulama menulis, "Ada lima perkara, bila dikerjakan dengan istiqamah dan teguh, orang yang mengerjakannya akan memperoleh pahala seperti gunung dan menyebabkan luasnya rezeki. 1) Istiqamah dalam bersedekah, sedikit atau banyak. 2) Istiqamah dalam bersilaturrahmi, baik sedikit atau banyak. 3) Berjihad di jalan Allah swt. 4) Selalu dalam keadaan wudhu. 5) Selalu berbakti kepada kedua orangtua." (Tanbihul-Ghafilin).

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa amalan yang pahalanya dan balasannya paling cepat diperoleh adalah silaturahmi. Bahkan ada orang-orang yang berdosa, tetapi karena senang bersilaturahmi, harta dan anak-anaknya diberkahi. (Ihya').

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa dengan bersedekah, berbuat kebaikan, berbakti kepada kedua orangtua, dan bersilaturahmi dapat mengubah seseorang dari bernasib buruk menjadi bernasib baik, dan menjadi sebab bertambahnya umur dan menjauhkan dari kematian yang buruk. (Kanzul-'Ummal). Mengenai dipanjangkannya umur dan ditambah rezekinya telah banyak disebutkan dalam berbagai riwayat, sedangkan riwayat-riwayat yang disebutkan di atas baru sebagian kecil. Dua perkara di atas, yakni panjangnya umur dan bertambahnya rezeki selalu didambakan oleh manusia. Banyak orang yang berusaha keras demi untuk memperoleh dua hal tersebut. Rasulullah saw. telah menyebutkan satu cara yang mudah untuk mendapatkan keduanya, yaitu dengan bersilaturahmi, maka kedua harapan tersebut akan tercapai. Jika kita benar-benar yakin dengan apa yang disabdakan Rasulullah saw., maka orang-orang yang ingin dipanjangkan umurnya dan bertambah rezekinya hendaknya mengamalkan silaturahmi ini sebanyak-banyaknya. Orang yang kaya hendaknya membelanjakan hartanya untuk kaum kerabatnya karena ia akan memperoleh janji yang berupa diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.

Keutamaan Keluar Dijalan Allah Waktu Ramadhan

Nabi SAW menerima wahyu yang pertama kalinya pada 17 ramadhan dan perintah dakwah ayat Ya ayyuhal Mudatsir turun ini juga pada bulan Ramadhan. Awal pergerakan dakwah Nabi SAW diawali pada bulan Ramadhan.
Air yang bergerak dari pergunungan menuju ke lautan, akan memberi manfaat kepada kehidupan lain di sepanjang jalannya. Tumbuh-tumbuhan, hewan, serta manusia akan dapat mengambil manfaat daripada air yang mengalir tersebut.
Sebaliknya air yang tidak bergerak, hanya terkepung di satu tempat, akan mendatangkan kemudharatan kepada hidupan di sekelilingnya. Airnya tergenang dan berbau busuk.
Sewaktu Rasulullah SAW beruzlah di gua Hira', sewaktu belum ada pergerakan dilakukan, keadaan bangsa arab jahiliah tetap tiada perubahan. Mereka tetap dengan kejahilan mereka. Hidup dengan meyakini banyak tuhan, hidup dengan amalan yang rusak. Kemudian dengan perintah Allah SWT, Rasulullah SAW bermula bergerak menyampaikan agama. Barulah keadaan berubah secara perlahan-lahan, kegelapan jahiliah pun bertukar menjadi cahaya keimanan yang terang benderang.
Karena ada pergerakan, maka wujudlah golongan Muhajirin. Golongan para sahabat Rasulullah SAW yang telah meninggalkan kaum keluarga dan kampung halaman mereka karena agama. Dibantu oleh golongan Ansar yang siap sedia mengorbankan diri dan harta mereka untuk membantu usaha agama di zaman awal Islam. Muhajirin dan Ansar bergerak seiringan menyahut keinginan Rasulullah SAW dalam menggerak-gerakkan rahmat ke seluruh alam.
Firman Allah SWT :
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah 261)
Salah satu keberkahan bulan Ramadhan adalah dilipatgandakannya pahala amalan shalih seorang muslim.  Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah antara lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah  dengan perbuatan baik sunnah pada bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan suatu kewajiban (fardlu) pada bulan yang lain.  Siapa saja yang menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan Ramadlan , (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain”. 
Dari Khuraim bin Fatik r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang berinfak (mengeluarkan harta) di jalan Allah satu infaq, maka dicatat baginya (pahala) 700 kali lipat.” (Hr. Tirmidzi. Katanya, “ini Hadits hasan.” Bab Keutamaan infak fii sabiilillaah, Hadits nomor 1625)
Dari Muadz r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya pahala shalat, puasa, dan dzikir (ketika keluar) di jalan Allah dilipat gandakan 700 kali lipat atas pahala infak di jalan Allah.” (Hr. Abu Dawud, bab Dilipat gandakannya pahala dzikir di jalan Allah Swt. Hadits nomor 2498)
Dari Muadz r.a. dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya pahala berdzikir (ketika keluar) di jalan Allah dilipat gandakan 700 kali lipat atas pahala infak (di jalan Allah).” Menurut Yahya dalam Haditsnya:. . .dilipatganakan 700.000 kali lipat). (Hr. Ahmad III/438)
Dari Muadz al Juhari r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca (al Quran) seribu ayat (ketika keluar) di jalan Allah, maka Allah mencatatnya dalam golongan para Nabi, shiddiqin, syuhadd, dan shalihin.” (Hr. Hakim. Katanya, “ini Hadits shahih isnadnya, tetapi mereka berdua tidak meriwayatkannya, sedangkan adz Dzahabi menyepakatinya.” II/87)
Dari Ali r.a. menceritakan, “Pada hari perang Badar, pasukan kami tiada seorang pun tentara yang berkuda, kecuali Miqdad r.a Sungguh aku telah melihat bahwa pasukan kami semua tidur kecuali Rasulullah saw.. Beliau berada di bawah sebatang pohon sibuk mengenjakan shalat sambil menangis hingga waktu shubuh.” (Hr. Ahmad I/125)
Dari Amr bin Abbasah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa satu hari (ketika keluar) di jalan Allah, maka api neraka akan menjauh darinya sejauh seratus tahun penjalanan.” (Hr. Thabrani dalam al Kabiir dan al Awsath, dan sanad-sanadnya bisa dipercaya Majmauz Zawaid III/444)
Dari Abu Umamah al Bahili r.a. dan Nabi saw., beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa satu hari (ketika keluar) di jalan Allah, maka Allah membuatkan antara dia dan neraka sebuah parit yang lebarnya seperti jarak antara langit dan bumL” (Hr. Tirmidzi. Katanya, “ini Hadits gharib.” Bab Keutamaan berpuasa di jalan Allah, Hadits nomor 1624)
Keutamaan menikah
“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
Keutamaan siwak
Keutamaan shalat dengan memakai siwak itu, sebanding dengan 70 kali shalat dengan tidak memakai siwak. (HR. Ahmad)
Keutamaan shalat berjamaah
Rasulullah SAW bersabda : “Sholat berjemaah itu lebih afdal (baik) daripada sholat bersendirian dengan 27 kali derajat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan serban
Rasullulah SAW bersabda : “Sholat sunat atau fardhu dengan memakai serban menyamai 25 kali sholat yang tidak memakai serban dan sholat jumaat dengan memakai serban menyamai 70 kali Jumaat tanpa memakai serban” (HR. IbnAsakir)
Jadi apabila kita keluar dijalan Allah Shalat berjamaah + Ramadhan + Nikah + Siwak + Serban maka
700.000 X 27 X 70 X 70 X 70 X 70 = 453.789.000.000.000
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Itu yang masih kita ketahui, belum lagi yang tidak kita ketahui. Bahkan para malaikat bingung menghitung pahala orang yang memperjuangkan agama Allah SWT karena banyaknya. 
Semua sedia Insya Allah
Jadikan dakwah maksud hidup

Dakwah Dimana Saja Kapan Saja Dan Dengan Siapa Saja

Satu orang germo bertobat dan ikut ambil bagian dalam usaha dakwah. Sudah 20 tahun dia menggeluti propesinya sebagai germo. Apakah setelah dia ikut dalam usaha dakwah, dia langsung tinggalkan teman-temannya yang masih dalam kegelapan. Sibuk menghidupkan maqami dan intiqali. Apa kata Mufthi Lutfhi : “20 tahun dia telah menyesatkan teman-temannya sebagai germo. Maka dia pun berkewajiban 20 tahun mendakwah teman-temannya supaya ikut ambil bagian dalam usaha dakwah.
Satu orang dai pergi ke club malam atau tempat prostitusi. Kita jangan langsung sangka buruk kepada dia. Waktu masuk tempat itu dia pakai baju preman dan kawan-kawan jamaah lain yang melihatnya langsung mengatakan bahwa dia sudah kembali kehabitatnya. Padahal tidak demikian. Dia datang setiap malam ketempat itu untuk buat dakwah kepada teman-temannya.
Satu orang penjual peti mayat ikut ambil bagian dalam dakwah. Semua karkun tempatan mengatakan supaya dia meninggalkan usahanya menjual peti mayat karena peti mayat yang dia buat dijual untuk orang kristen. Jadi, kalau dia meninggalkan usaha menjual peti mayat siapa lagi yang buat dakwah kepada orang kristen yang hampir setiap hari jumpa dengan dia untuk membeli peti mayat.
Nabi Ibrahim as karena berkhitmat kepada ayahnya dia telah menjual patung. Ketika menjual patung apa katanya : “Patung ini tidak bisa memberi mamfaat dan mudorat tanpa izin Allah”
Satu orang satpam penjaga club malam ikut ambil bagian dalam dakwah. Dia tanya sama masyeikh apakah saya harus berhenti dari pekerjaan saya. Masyeikh katakan : “Jangan, tetaplah bekerja disana”.  Asbab dia kerja disana dan setiap hari pakai baju sunnah. Orang-orang malu datang kesana dan akhirnya club malam itu tutup.
Satu orang yang kesehariannya bergaul dengan komputer. Dia bekerja dari jam 8 sampai jam 4. Baik dia teknisi komputer atau operator komputer atau menjaga warnet atau bagian traveling atau kerja kantor. Dia buat dakwah di Facebook, Twittir, web dsb. Para karkun telah mengatakan kepada dia itu tidak sunnah. Ini sebenarnya suatu kesalahan yang mengatakan dakwah melalui internet itu salah. Kalau dia tidak buat dakwah di internet jadi siapa lagi orang yang mengingatkan mereka yang lalai setiap harinya didepan komputer sambil berinternet. Sebenarnya dalam keadaan begini suatu kesalahan besar kalau dia tidak buat dakwah di internet karena dari jam 8 sampai jam 4 dia habiskan waktunya 8 jam setiap harinya. Apalah salahnya dia luangkan waktu untuk dakwah di internet.
Jadi, dimana saja kapan saja dan dengan siapa saja. Jangan terkesan dengan suasana dan keadaan.
Tukang becak buat dakwah kepada penumpangnya
Supir taksi buat dakwah kepada penumpangnya
Tunkang bakso buat dakwah kepada pelanggannya
Pedagang buat dakwah kepada pembelinya
Pegawai buat dakwah kepada rekan kerjanya
Meneger buat dakwah kepada bawahannya
Operator komputer buat dakwah melalu internet
Jadi jangan kita menyalahkan orang-orang yang buat dakwah melalui internet apalagi mengatakan bidah.
Malah suatu kesalahan besar kalau dia tidak buat dakwah melalu internet. Dia sudah punya kemampaun dan keluangan waktu untuk buat dakwah di internet tapi dia tidak melakukannya. Karena sebahagian besar waktunya dia habiskan didepan komputer.
Sebagaimana suatu kesalahan besar apabila manager tidak buat dakwah kepada bawahannya padahalan dia punya kemampuan dan kekausaan untuk buat dakwah kepada bawahannya
Apa pun propesi atau pekerjaan kita berdakwahlah sesuai dengan kapasitas kita jangan saling menyalahkan.
Dakwah itu sendiri ada 4
1. Dakwah Umumi
2. Dakwah Khususi
3. Dakwah Ijitimai
4. Dakwah Inpirodi
Dakwah yang dilakukan ketika kita dalam bekerja ini dikategorikan dakwah Inpirodi. Jadi, suatu kesalahan besar kalau ada yang menafikan dakwah inpirodi ini.
Seperti sebuah mobil mempunyai roda 4, kalau rodanya tidak ada satu maka mobil ini tidak akan bisa jalan. Jadi keempat metode dakwah ini harus dibuat supaya dakwahnya berjalan dengan baik.
Seperti ada pernyataan “Jaulah ini adalah maksud sedangkan bayan keperluan, kalau kita tidak buat bayan tidak ada masalah yang penting kita buat jaulah”.
Jaulah itu penting, Bayan pun penting. Ingat jaulah itu Dakwah Umumi dan Bayan itu Dakwah Ijitimai. Jangan kita mengatakan Bayan itu tidak penting tetapi sama-sama penting. Sedangkan tujuan jaulah adalah mengundang untuk shalat berjamaah kemesjid dan mendengar penyampaian agama (Bayan).
Jadi jangan ada dalam pikiran kita dakwah ini yang paling penting tetapi keempat metode dakwah itu sama-sama penting. Sebagaimana tadi empat buah roda mobil. Jangan kita mengatakan roda depan yang lebih penting atau roda yang belakang lebih penting. Tetapi sama-sama penting dan saling melengkapi.
Kalau tidak salah ini kisahnya Bay Wahab. Beliau dulu kuliah di Amerika ketika pulang kampung ke India dan beliau kena taskiel dan ikut ambil bagian dalam dakwah. Karena gairah agama yang begitu tinggi sudah masuk kedalam hatinya. Bay Wahab mengatakan saya mau menghafal Al Quran di pesantren ini. Maulana Yusuf setuju dengan pendapat ini. Tetapi ketika Bay Wahab jumpa dengan Maulana Ilyas, beliau mengatakan : “Sebaiknya kamu kuliah lagi di Amerika dan buat dakwah disana, kalau kamu tinggalkan kuliahmu, siapa lagi yang akan buat dakwah disana”.
Bay Wahab kuliah kembali dan setelah selesai kuliah. Bay Wahab menjual rumahnya sehingga istri dan anaknya ngontrak rumah supaya terbentuk jamaah yang pertama kali dihantar ke Amerika. Asbab pengorbanan Bay Wahab sekarang sudah banyak gereja yang berubah jadi mesjid dan hampir setiap hari ada yang masuk islam. Setelah pulang dari sana Bay Wahab menghafal Al Quran dan alhamdulillah beliau adalah seorang hafidz.
Satu orang Propesor, masyeikh dari India pernah dalam penyampaian beliau dalam jurd pelajar waktu di Kebun Jeruk.
Waktu saya kuliah kami buat taklim dibawah sebuah pohon dikampus karena tidak ada mesjid didalam kampus. Mahasiswa dan dosennya hampi 50% muslim dan 50% non muslim. Jadi shalat berjamaah pun mereka dibawah pohon itu. Setelah beberapa bulan berjalan. Rektornya memanggi dia dan teman-temannya dan mengatakan akan memberikan satu ruangan khusus kepada mereka untuk buat program taklim dan shalat berjamaah.
Bukan main senangnya mereka karena mendpat fasilitas dari kampus. Didalam ruangan itu ada salib yang tergantung, tepat diarah kiblat shalat. Jadi setiap hari mereka harus menurunkan salib dan memajangnya kembali. Itulah yang mereka lakukan setiap hari sampai tammat dari kampus tersebut.
Setelah saya tamaat saya baru berpikir. Ketika kami dulu buat taklim dan shalat berjamaah di bawah pohon semua orang melihatnya dan inilah sebenarnya dakwah yang sesungguhnya. Tetapi setelah didalam ruangan tidak ada lagi suasana dakwah malah kami yang terdakwah setiap hari    menurunkan salib dan memajangnya kembali. Rektor mereka itu rupanya seorang misionaris dan jaul lebih pintar dari mereka.
Jadi buatlah selalu suasana dakwah dimana saja kapan saja dan dengan siapa saja dan berdakwahlah sesuai dengan propesi dan kemampuan kita.
Jadi jangan kita menyalahkan teman kita yang buat dakwah dengan metode yang berbeda ketika buat dakwah inpirodi dalam suasana pekerjaannya yang penting jangan lupa meluangkan waktu setiap hari 2 ½ jam dan 3 hari setiap bulan dan 40 hari atau 4 bualan setiap tahun.
Satu orang mahasiswa hendak ambil S2 ke jepang. Musyawarah dengan syuro Indonesia beliau tidak dikasih untuk kesana taku suasana dan keadaan disana mempengaruhi dia. Sihingga makin jauh dari agama. Tidak puas dengan hal ini waktu masyeikh datang dia tanya kan hal ini. Masyeikh katakan silahkan berangkat ke Jepang tapi jangan lupa buat dakwah. Asbab dakwah yang dibuatnya disana sebuah bihara telah berubah menjadi mesjid.
Satu orang dai yang mempunyai istri pelacur. Dia musyawarah dengan masyeikh saya ingin bercerai dengan istri saya. Masyeikh katakan sudah berapa lama menikah. Dijawab 10 tahun. Masyeikh katakan engkau harus bersabar 10 tahun untuk mengajak dia dan banyak ikrom kepadanya. Hal ini pun dilakukan tetapi tidak ada juga perubahan. Musyawarah lagi dengan Masyeikh, Masyeikh katakan sekarang kamu setiap hari hantar jemput istrimu ketempat pekerjaannya. Makin kacau lagi setiap hari hantar jemput istri yang pekerjaannya pelacur. Tetapi dia taat dan setiap hari menunggu istrinya. Lama kelamaan istrinya berubah dan ikut ambil bagian dalam dakwah dan menjadi salah satu penanggung jawab di Pakistan.
Jadi buatlah dakwah dengan kemampuan yang ada pada kita.
DIMANA SAJA KAPAN SAJA DAN DENGAN SIAPA SAJA

Kapan kita Merasa Nikmatnya Iman ...?

Untuk menghitung nikmat Allah saja kita tidak bisa. Apalagi membalaskan tentu tidak bisa. Sekiranya lautan menjadi tinta dan ranting-ranting menjadi pena tidak akan sanggup untuk menuliskan nikmat Allah SWT meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. Tidak akan bisa.
Sudah berapa galon air yang kita minum ...?
Sudah berapa goni beras yang kita makan ...?
Sudah berapa ton ikan yang kita makan ...?
Sudah berapa juta ekor ayam yang kita makan ...?
Sudah berapa milyar uang yang kita habiskan ...?
Untuk membuat satu tetes air saja manusia tidak akan mampu
Untuk membuat satu butir beras saja manusia tidak akan mampu
Untuk membuat siripnya ikan saja manusia tidak akan mampu
Untuk membuat taiknya ayam saja manusia tidak akan mampu
Manusia tidak akan mampu untuk menghitungnya, apalagi membalasnya. Allah SWT perintahkan kita bersyukur atas nikmat yang diberikannya.
Banyak sekarang manusia bersyukur kalau dapat jabatan, kalau dapat uang, kalau dapat jodoh, kalau dapat pekerjaan, kalau dapat nilai yang bagus. Tetapi jarang sekali manusia bersyukur di beri nikmat iman dan islam.
Kapankah kita merasa nikmatnya Makan ...? Ketika lapar
Kapankah kita merasa nikmatnya minum ...? Ketika haus
Kapankah kita merasa nikmatnya tidur ...? Ketika ngantuk
Kapankah kita merasa nikmatnya persahabatan ...? Ketika Berpisah dalam Keharuan yang sangat
Kapankah kita merasa nikmatnya Hidup ...? Ketika dalam Kekurangan, ketiadaan
Kapankah kita merasa nikmatnya cinta ...? Ketika berpisah dengan orang yang kita cintai
“Ketika keluar 4 bulan bukan main rindunya kepada kekasih hati tercinta. Waktu dirumah tidak pernah ada waktu untuk berbicara dengan serius antara suami dan istri tetapi waktu keluar bawaannya mau nelpon saja. 1 jam tidak terasa padahal waktu taklim. Kalau waktu keluar bukan main mesranya, tetapi waktu dirumah mengucapkan kata sayang pun tidak pernah.”
Kapankah kita merasa nikmatnya  Iman ...? ..........
Bilal ra telah ditanya kapan engkau merasa nikmat iman ...? Ketika aku ditimpa batu yang besar, di padang pasir, di terik matahari, aku dipukuli dan aku berkata : “Ahad, ahad, ahad”
Umar bin Khaththab adalah seorang presiden. Khalifah pada saat itu memiliki pakaian dengan 13 tambalan. Pernah suatu ketika Umar menggati bajunya karena disarankan seseorang. Umar pulang kerumah dengan baju baru, istrinya berkata : “Abang lebih tampan dengan baju yang bertambal 13”
Justru bukan dalam kemewahan manusia tak akan bisa menikmati sebuah keberadaan.
Orang yang kaya sudah tidak merasa enak lagi makan ayam dan daging karena sudah setiap hari dia makan. Orang yang miskin akan merasa enak kalau makan ayam dan daging, bahkan ketika makan akan nambah dan nambah karena orang miskin jarang makan ayam sama daging.
Orang kaya akan terasa sulit tidur karena banyak pikiran. Satu orang tukang becak bisa tertidur di didalam becaknya dibawah sinar matahari yang terik.
Nabi SAW rela dicaci, dimaki dan disakiti serta berkorban habis-habisan untuk agama untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Khadijah rela mengorbankan semua hartanya untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Abu Bakar rela mengorbankan semua hartanya untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Para sahabat rela kepala berpisah dari badan untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Para sahabiyah rela suaminya syahid dijalan Allah untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Anak-anak para sahabat rela berpisah dari ayahnya untuk mendapatkan nikmatnya iman.

Dahulu Sahabat mengusahakan iman dengan penderitaan di bawah penderitaan
Tapi saat ini kita mau bila melaksanakan dengan Senang di atas Kesenangan

Kita setiap hari bisa makan enak padahal Nabi SAW tidak pernah makan yang enak-enak
Kita setiap hari bisa tidur nyenyak padahal Nabi SAW tidak pernah tidur dengan nyenyak
Kita shalat dimesjid diruangan yang dipenuhi dengan AC
Kita punya baju bukan bertambal 13 tetapi 13 kali ganti baju setiap hari.
Kita punya suami yang setiap pagi bisa menemani sarapan pagi dengan segelas kopi
Kita punya istri yang bisa di peluk setiap malam dengan kehangatan
Kita punya anak yang setiap hari bisa bercanda ria dengan kesenangan

Lihat ... Lihat ... Lihat ... Lihat ... Lihat ...
Lihat ... kehidupan para sahabat yang suaminya jarang dirumah, yang setiap keluar bawa pedang yang tidak pasti kapan pulang.
Yang suaminya tidak sempat mandi junub untuk mendapatkan nikmatnya iman.
Yang suaminya syahid dijalan Allah untuk mendapatkan nikmatnya iman.

Berapa banyak hari ini suami yang mati dalam keadaan junub karena tidak bisa mandi junub.
Berapa banyak hari ini suami yang korupsi karena istrinya ingin mobil yang baru.
Berapa banyak hari ini suami mati dipangkuan istrinya tetapi tidak bawa iman.

Kapan kita Merasa Nikmatnya Iman ...?
Silahkan dijawab didalam hati ...
Apa yang sudak kita korbankan untuk agama ...?
Sehingga iman akan terasa nikmat
Shalat akan terasa nikmat
Zikir akan terasa nikmat
Puasa akan terasa nikmat
Ibadah akan terasa nikmat kalau kita sudah merasa nikmatnya iman

Nikmat iman akan didapat kalau kita ada pengorbanan untuk agama.
13 jam kita puasa menahan haus dan dahaga, menahan nafsu dan amarah. Tetapi setelah berbuka puasa 5 menit saja minum es dan beberapa butir kurma. Bukan main nikmatnya. Hilanglah rasa lapar yang 13 jam.
Nikmat minuman dan makanan akan terasa ketika haus dan lapar
Capek-capeklah kita keluar 3 hari, 40 hari dan 4 bulan. Berpisah dengan anak dan istri. Berpisah dengan sahabat dan pekerjaan. Tetapi 1 detik saja masuk surga maka hilanglah semua rasa capek selama ini memperjuangkan agama Allah SWT.
Nikmat iman akan kita dapatkan kalau kita meluangkan waktu untuk agama Allah
Bagi yang belum pernah keluar 3 hari secepatnya keluar 3 hari     
Bagi yang belum pernah keluar 40 hari secepatnya keluar 40 hari     
Bagi yang belum pernah keluar 4 bulan secepatnya keluar 4 bulan
Bagi yang belum pernah keluar IPB secepatnya keluar IPB
Bagi yang belum pernah keluar Negeri jauh secepatnya keluar Negeri Jauh
Bagi yang belum pernah keluar Masturoh secepatnya keluar Masturoh

Ketika kita keluar jalan Allah maka nikmat iman itu akan terasa