Agama turun di Quraisy karena surat Al Quraisy menceritakan bagaimana kehebatan orang Quraisy yang biasa tinggalkan anak istri untuk berdagang yaitu dimusim panas pergi ke Syam dan di musim dingin pergi ke Yaman.
Kebiasaan inilah yang biasa tinggalkan keluarga menjadikan Allah SWT pilih mereka bawa agama ke seluruh alam. Bayangkan jika agama diturunkan ditempat orang yang biasa tinggalkan anak istri. Apa jadinya ? Maka agama akan mati dan mungkin tersebar.
Jadi tuan tuan banyak orang rela bertahun tahun berpisah dengan anak istri untuk kerja dunia yang tak ada janji kejayaan di dalamnya. Sementara jika melihat orang pergi kerja untuk sebarkan agama orang islam bahkan yang berilmupun ribut mengomentarinya.
Lihatlah berapa banyak perzinahan terjadi, anak tak terurus, agama mereka hancur, bahkan permasalahan sosial yang disebabkan suami pergi berbulan bulan, bahkan bertahun tahun untuk keduniaan tapi banyak orang tutup mata, bahkan justru dipuji puji.
Syech Abdul Wahab katakan : kehidupan tanpa agama seperti pasar dimana orang dihargai karena uangnya bukan karena amal kebaikannya.
Padahal kerja dunia adalah kerja sekali pakai, gajian selesai, beli barang, dimakan, dipakai, kalau mati sudah.!! Habis semua
Sedangkan kerja agama dapat kita nikmati sampai di kubur, di mahsyar, di siroth bahkan selama lamanya di dalam syurga.
Maulana Ilyas rah.a ditanya oleh anaknya yaitu Maulana Yusuf : “Ya ayahanda !! kenapa ayah buat jamaah lagi padahal sudah banyak fiqroh-fiqroh bermacam jamaah dalam islam ?”
Syech Ilyas rah.a katakan : “Wahai anakku !! hari ini amalan Rasululloh SAW telah banyak dikerjakan oleh ummat islam wujud di mana mana dalam jamaah, tetapi maksud hidup Rasululloh SAW telah hilang dari ummat sehingga amalan ummat tidak mencapai hakekat amal.”
Mereka sholat yang seharusnya mampu mencegah fasya’ dan mungkar tak dapat wujud, puasa yang seharusnya menghasilkan ketakwaan tak berhasil, zakat yang seharusnya menghilangkan cinta dunia, malahan menjadikan orang semakin cinta dunia. Haji yang seharusnya mendatangkan kecintaan kepada Allah SWT justru orang semakin mencintai makhluq.
Maksud ittiba’ Nabi SAW adalah mengikuti kepada dua perkara :
1. Amalan Rasulullah SAW
2. Maksud hidup Rasulullah SAW
Orang hari ini paham tanggung jawab sebagai seorang ayah, suami, pegawai dll. Ketika isterinya sakit misalnya maka dia kalahkan semua pekerjaan, kesenangan dll untuk merawat istrinya dan carikan obat, dokter dll.
Karena ia paham tanggung jawabnya. Jadi untuk kepentingan istri, rela tinggalkan apapun karena merasa sebagai suami.
Orang yang buka toko untuk menghidupi keluarga paham tanggung jawab terhadap tokonya, maka tiap hari dibuka dan di azam untuk buka toko bukan untuk masa 40 hari, 4 bulan saja tetapi untuk masa selama hidupnya karena apa? Dia paham tanggung jawabnya.
Seorang kuli pengangkut barang ketika dapat tanggung jawab mengangkat barang orang yang membayarnya tak akan mungkin mau memindahkan bebannya kepada orang lain, karena ia paham kalau tak angkat barang walaupun berat maka tak akan dapat uang, dia paham tanggung jawabnya.
Seorang yang mengatakan anakku, istriku, rumahku maka orang tersebut langsung paham Tanggung jawabnya dengan apapun yang dikaitkan dengan dirinya. Sayangnya ummat hari ini tak paham tanggung jawabnya. Walaupun telah mengatakan agamku, Nabiku dll.
Tanggung jawab yang besar dari ummat adalah ini adalah mengingatkan tanggung jawabnya semua orang Islam atas kerja Nabi dan menjadikan maksud hidup Nabi sebagai maksud hidup ummat.
Sejak Al Muzzammil, dan Al Muddattsir turun maka Nabi SAW telah lipat bister/ tempat tidurnya dan berkata kepada Khodijah rha : “Laa Roihata ba”dal yaum”
Nabi paham yanggung jawabnya, maksud hidupnya adalah dakwah. Biarlah diri dicaci, dihina, biarlah anak istri menderita, kelaparan, tak berpakaian tetapi kerja dakwah tak boleh berhenti.
Karja petani, perdagangan, perkantoran dll boleh berhenti, tetapi kerja dakwah tak boleh berhenti. Bahkan badan boleh terbakar, anak boleh terpotong, asalkan agama tak boleh terpotong sedikitpun.
Lihat pengorbanan Ibrahim as. Inilah arti tanggung jawab dia akan buat kerja Nabi SAW sebagai kerja selamanya, bukan 3 hari, 40 hari atau 4 bulan.
Dan dia akan buat kerja Nabi dengan mengalahkan kerja-kerja lainnya. Dia kedepankan kerja Nabi SAW dan dia belakangkan kerja selainnya.
SK surat keputusan yang mengangkat ummat ini menjadi Da’i telah turun dalam surat Yusuf 108. “Katakanlah kekasihku Muhammad, inilah jalanku (Manhajku/ jalanku satu-satunya) yakni mendakwahkan manusia kepada Allah SWT atas bashiroh, kerja ini adalah kerjaku dan kerja orang yang mengikuti aku.”
Inilah jalan yang setiap hari diminta oleh orang yang sholat 17 kali, tetapi sayangnya ummat lalai dari perkara ini.
Kantor atau jawatan yang sudah mengangkat seseorang jadi pegawai tetapi ia tak kerjakan juga tugas setelah diangkat dengan SK surat keputusan, tentulah kantor itu akan gantikan dia dengan orang lain. Begitulah ummat hari ini tak mau kerjakan tugas dan tanggung jawabnya padahal telah diangkat jadi Da’i maka Allah SWT akan pilih orang lain ambil kerja ini.
Seekor sapi tak lagi menghasilkan susu maka oleh pemiliknya akan diserahkan kepada tukang jagal untuk disembelih. Maka orang islam yang takada gunanya lagi untuk agama maka akan diserahkan kepada orang kafir untuk disembelih, dihina, direndahkan, diusir dari negerinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar