Halaman

Keluar 3 hari Dijalan Allah, Pahalanya sama dengan 30 hari


Mengasingkan diri keluar dijalan Allah selama tiga hari dengan membersihkan diri dari fakir dunia. Meninggalkan percakapan dunia dan menyibukkan diri dengan amalan dakwah, beribadah, belajar dan mengajar dan duduk dalam suasana agama sudah pasti akan memberi kesan didalam hati sanubari seseorang itu.

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al An'aam 160)

Inilah dasar Keluar 3 hari Dijalan Allah, Pahalanya sama dengan 30 hari. Apabila dalam setahun penuh, pada setiap bulannya keluar dijalan Allah tiga hari saja, maka dalam setahun akan dihitung selamanya keluar di jalan Allah, kita sempurnakan takaza didalam negeri sendiri dan senantiasa mengerjakan terus menerus dengan istiqamah. (Sawanikh Hadhratji, hal 772)

Pada ayat ini diterangkan dengan jelas bahwa barang siapa berbuat amal baik, maka Allah akan memberikan pahala balasannya di hari akhirat dengan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan hanya dibalas setimpal dengan kejahatannya, sebab Allah tidak akan menganiaya sedikit pun atau merugikan mereka. Yang dimaksud dengan orang yang beramal baik di sini ialah orang-orang mukmin karena amal baik orang kafir sebelum masuk Islam tidak akan bermanfaat bagi mereka di akhirat, seperti yang diterangkan di dalam firman Allah:

Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An'am 88)

Dan yang dimaksud dengan balasan sepuluh kali lipat di sini belum termasuk apa yang dijanjikan Allah dengan balasan yang jauh lebih banyak dan berlipat ganda dari itu lagi kepada orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah sampai 700 kali seperti disebutkan dalam firman Allah atau hadis qudsi:

Artinya:
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasan semuanya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha Penyantun. (QS. At Taghabun 17)

Di dalam hadis Nabi Muhammad saw. banyak dijumpai tentang balasan amal baik dan amal jahat sehingga diterangkan juga pahala balasan terhadap orang-orang yang belum mengerjakannya hanya sekadar niat dan putusan atau ketetapan hatinya. Hal ini tersebut dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah yang menceritakan dengan terjemahannya sebagai berikut:

Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman kepada malaikatnya, "Apabila hamba-Ku hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan jahat, janganlah dituliskan (jangan dicatat) sebagai suatu kesalahan sebelum dikerjakannya. Dan apabila dikerjakannya, catatlah baginya satu kesalahan (kejahatan). Dan jika ditinggalkannya (tidak jadi diperbuatnya) karena Aku (karena Allah), maka tulislah baginya satu kebaikan. Dan apabila ia hendak mengerjakan kebaikan dan tidak dikerjakannya, maka tulislah baginya satu pahala kebaikan. Dan apabila dikerjakannya, maka tulislah sampai tujuh ratus kali lipat pahala kebaikan baginya."

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: Seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS. Al Baqarah 261)

Dalam ayat ini Allah swt. menggambarkan keberuntungan orang yang suka membelanjakan atau menyumbangkan harta bendanya di jalan Allah, yaitu untuk mencapai keridaan-Nya.
Hubungan antara infak dan hari akhirat adalah erat sekali karena sebagaimana diketahui, seseorang tak akan mendapat pertolongan apa pun dan dari siapa pun pada hari akhirat itu, kecuali dari hasil amalnya sendiri selagi ia masih di dunia, antara lain amalnya yang berupa infak di jalan Allah.

Betapa mujurnya orang yang suka menafkahkan hartanya di jalan Allah oleh ayat ini dilukiskan sebagai berikut: bahwa orang tersebut adalah seperti seorang yang menyemaikan sebutir benih di tanah yang subur. Benih yang sebutir itu menumbuhkan sebatang pohon dan pohon itu bercabang tujuh, setiap cabang menghasilkan setangkai buah dan setiap tangkai berisi seratus biji sehingga benih yang sebutir itu memberikan hasil sebanyak 700 butir. Ini berarti tujuh ratus kali lipat.

Bayangkanlah betapa banyak hasilnya apabila benih yang ditanamnya itu lebih dari sebutir.
Penggambaran seperti yang terdapat dalam ayat ini adalah lebih jitu daripada misalnya dikatakan secara langsung bahwa benih yang sebutir akan menghasilkan 700 buah. Sebab penggambaran yang terdapat dalam ayat tadi memberikan kesan bahwa amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh seseorang senantiasa berkembang dan ditumbuhkan oleh Tuhan sedemikian rupa sehingga menjadi keuntungan yang berlipat ganda bagi orang yang melakukannnya seperti memperkembangkan tanaman yang ditanam oleh seseorang pada tanah yang subur untuk keuntungan penanamnya.

Pengungkapan tentang perkembangan yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan seperti yang digambarkan dalam ayat ini telah membangkitkan minat para ahli tumbuh-tumbuhan untuk mengadakan penelitian dalam masalah itu. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa sebutir benih yang ditanam pada tanah yang baik dan menumbuhkan sebatang pohon, pada umumnya menghasilkan lebih dari setangkai buah bahkan ada yang berjumlah lebih dari lima puluh tangkai. Jadi tidak hanya setangkai saja. Dan setiap tangkai berisi lebih dari satu biji bahkan kadang-kadang lebih dari enam puluh biji. Dengan demikian teranglah bahwa penggambaran yang diberikan ayat tadi bahwa sebutir benih dilipatgandakan hasilnya sampai menjadi tujuh ratus butir bukanlah suatu penggambaran yang berlebih-lebihan melainkan adalah wajar dan sesuai dengan kenyataan.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa semakin banyak penyeledikan-penyelidikkan ilmiah dilakukan orang dan semakin tinggi pengetahuan dan tekhnologi umat manusia semakin tersingkaplah kebenaran apa-apa yang terkandung dalam kitab suci Alquran baik mengenai benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, ruang angkasa dan sebagainya.

Banyak riwayat yang berasal dari Rasulullah saw. yang menggambarkan keberuntungan orang-orang yang menafkahkan harta-bendanya di jalan Allah; yaitu untuk memperoleh keridaan-Nya dan untuk menjunjung tinggi agama-Nya. Di antaranya ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Nasai dan Hakim dari Ibnu Masud bahwa ia berkata, "Seorang lelaki telah datang membawa seekor unta yang bertali di hidungnya lalu orang tersebut berkata: "Unta ini saya nafkahkan jalan Allah." Maka Rasulullah bersabda: "Dengan nafkah ini, anda akan memperoleh di akhirat kelak tujuh ratus ekor unta yang juga bertali di hidungnya."

Pada akhir ayat ini Allah swt. menyebutkan dua sifat di antara sifat-sifat-Nya, yaitu Maha Luas dan Maha Mengetahui. Maksudnya, Allah Maha Luas rahmat-Nya kepada hamba-Nya, karunia-Nya tak terhitung jumlahnya. Dan Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan bangsa dan agama, serta keutamaan-keutamaan yang akan membawa bangsa itu kepada kebahagiaan di dunia dan di akhir. Apabila nafkah-nafkah semacam itu telah menampakkan hasilnya untuk kekuatan agama dan kebahagiaan bangsa, maka orang-orang yang bernafkah itu pun akan dapat pula menikmatinya.

Ajaran-ajaran Islam mengenai infak sangat tinggi nilainya. Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan mementingkan diri sendiri, infak ini juga menimbulkan kesadaran sosial yang mendalam, bahwa masing-masing orang senantiasa saling membutuhkan, dan seseorang tak akan dapat hidup seorang diri. Sebab itu harus ada sifat gotong-royong, dan saling memberi, sehingga jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dapat ditiadakan, persaudaraan dipupuk dengan hubungan yang lebih akrab.

Menafkahkan harta di jalan Allah, baik yang wajib seperti zakat maupun yang sunat seperti sedekah, yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat, untuk memberantas penyakit, kemiskinan dan kebodohan, untuk penyiaran agama Islam dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan adalah sangat dituntut oleh agama, dan sangat dianjurkan oleh syariat. Sebab itu, terdapat banyak sekali ayat-ayat Alquran yang membicarakan masalah ini, serta memberikan dorongan yang kuat dan memberikan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana beruntungnya orang-orang yang suka berinfak dan betapa malangnya orang-orang yang tidak mau menafkahkan hartanya.

Rasulullah saw berwasiat kepada para sahabat, " Wahai sahabatku, apabila saat ini kalian mengurangi waktu kalian untuk agama Allah sepersepuluh saja, niscaya nushratullah (pertolongan Allah) tidak akan turun, kalian harus mengamalkan agama secara keseluruhan, Tetapi ummatku pada akhir zaman nanti, jika mereka rela meluangkan waktunya sepersepuluh saja untuk agama Allah, maka nusratullah akan segera turun."(HR.Tirmizdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar