Halaman

Mudah sekali Untuk Mendapatkan Lailatul Qadar


Umat islam hari ini beranggapakan sangat sulit sekali untuk mendapatkan Lailatul Qadar dan hanya orang-orang tertentu saja yang mendapatkannya. Padahal setiap orang islam berhak mendapatkan Lailatul Qadar dan caranya pun mudah sekali. Tinggal ada kemauan atau tidak untuk mendapatkannya.

Didalam hadits dikatakan Barangsiapa beramal fardhu di bulan Ramadhan, maka pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan lainnya.

Kalau kita ditanya untuk mendapatkan pahala yang dilipat gandakan 70 kali lipat pada bulan Ramadhan ini bagaimana caranya ...???

Pasti kita akan menjawab : Kita harus berpuasa.

Semua pasti akan setuju dengan pendapat ini bahwa syaratnya “PUASA”
Kalau ada satu orang memasuki bulan Ramadhan tetapi dia tidak PUASA. Maka kita pun akan mengatakan : Orang seperti ini tidak akan mendapatkan pahala 70 kali lipat ganda.

Jadi syarat untuk dilipat gandakan amal 70 kali lipat pada bulan Ramadhan adalah “PUASA”

Hal ini dulu yang perlu kita fahami.

Yang perlu ditekankan lagi, “SIAPA SAJA YANG BERPUASA MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA 70 KALI LIPAT GANDA “.

Allah SWT berfirman : Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (QS. Al Qadr : 3)

Seribu bulan itu 83 tahun 4 bulan.

Maksudnya barang siapa yang beramal ibadah pada malam Lailatul Qadar maka lebih baik dari beribadah 83 tahun 4 bulan.

• Barang siapa yang shalat pada malam Lailatul Qadar maka dia mendapat pahala shalat 83 tahun 4 bulan.
• Barang siapa yang berzikir pada malam Lailatul Qadar maka dia mendapat pahala zikir 83 tahun 4 bulan.
• Barang siapa yang membaca Al Qur’an pada malam Lailatul Qadar maka dia mendapat pahala membaca Al Qur’an 83 tahun 4 bulan.

Jadi, setiap amalan sama nilainya dengan beribadah 83 tahun 4 bulan.
Pendapat umum yang beredar dilangan orang awam. KALAU KITA BERJUMPA DENGAN LAILATUL QADAR. APAPUN PERMINTAAN KITA AKAN DIKABULKAN OLEH ALLAH SWT.

Misalkan:
Minta uang yang banyak jumpa Lailatul Qadar maka akan langsung diberi uang banyak.
Minta istri yang cantik jumpa Lailatul Qadar maka akan langsung diberi istri yang cantik.
Minta jabatan yang tinggi jumpa Lailatul Qadar maka akan langsung diberi jabatan yang tinggi.

Bukan seperti itu. Ini pendapat yang salah

Untuk lebih memperjelas. Bagai mana sebenarnya asal usul Lailatul Qadar.
Di dalam Durrul-Mantsur terdapat sebuah hadits dan Anas r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Lailatul-Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”
Terdapat beberapa pendapat mengenai alasan dikaruniakannya Lailatul-Qadar. Menurut beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai berikut:

Rasulullah SAW. pernah merenungkan usia umat-umat terdahulu yang lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT. dengan kasih sayangNya yang tidak terhingga mengaruniakan Lailatul-Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam Lailatul-Qadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih. Riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah saw bercerita kepada para sahabatnya tentang kisah seseorang yang sangat shalih dan Bani Israil yang telah menghabiskan waktunya selama seribu bulan untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar kisah ini, para sahabat r.hum merasa iri. Terhadap hal ini, Allah SWT. mengaruniakan kepada mereka Lailatul-Qadar sebagai ganti dan beribadah selama 1000 bulan tersebut. Ada juga riwayat lainnya yang menyatakan bahwa Nabi SAW. pernah menyebutkan empat nama Nabi dan Bani Israil, yang masing-masing telah menghabiskan delapan puluh tahun untuk berbakti dan beribadah kepada Allah tanpa pernah mendurhakaiNya sekejap mata pun. Mereka adalah Ayyub as., Zakariya as., Hizkil as., Yusya’ as. Mendengar hal ini para sahabat merasa iri. Lalu Jibril a.s. datang dan membacakan surat Al-Qadar; yang mewahyukan tentang keberkahan malam yang istimewa ini.

Asbabun Nuzul QS. Al Qadr : 3

Imam Tirmizi, Imam Hakim dan Imam Ibnu Jarir semuanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Hasan bin Ali yang menceritakan bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bermimpi melihat Bani Umaiyah berada di atas mimbarnya, maka hal itu membuatnya berduka cita. Lalu turunlah ayat ini, yaitu, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar." (Q.S. Al Kautsar, 1) dan turun pula ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." (Q.S. Al Qadar, 1-3) Artinya, seribu bulan itu dimiliki oleh Bani Umaiyah sesudahmu. Al Qasimul Harrani mengatakan, kami hitung-hitung (umur kekhalifahan Bani Umaiyah), ternyata masa kekhalifahan mereka itu hanya berlangsung selama seribu bulan tidak lebih dan tidak pula kurang. Imam Tirmizi memberikan komentarnya bahwa hadis ini berpredikat Gharib atau aneh. Sedangkan Muzanni dan Ibnu Katsir mengatakan, hadis ini berpredikat Mungkar Jiddan atau sangat diingkari. Ibnu Abu Hatim dan Wahidi kedua-duanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan, bahwasanya Rasulullah saw. pernah menceritakan tentang seorang lelaki dari kalangan kaum Bani Israel; ia menyandang senjatanya selama seribu bulan untuk berjuang di jalan Allah. Kaum muslimin merasa takjub atas hal tersebut, maka Allah swt. segera menurunkan firman-Nya; "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." (Q.S. Al Qadar, 1-3) Maksudnya, beramal saleh pada malam kemuliaan itu jauh lebih baik dan jauh lebih besar pahalanya daripada pahala seorang lelaki yang menyandang senjatanya selama seribu bulan di jalan Allah. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan, bahwa di kalangan orang-orang Bani Israel terdapat seorang laki-laki yang setiap malam selalu salat hingga pagi hari, kemudian pada siang harinya ia selalu berjihad melawan musuh-musuh Allah hingga sore harinya. Hal tersebut dilakukannya selama seribu bulan secara terus-menerus. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Lailatulkadar (malam kemuliaan) itu lebih baik daripada seribu bulan." (Q.S. Al Qadar, 3) Maksudnya, beramal saleh pada malam lailatulkadar itu pahalanya jauh lebih baik dan lebih besar daripada amalan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israel itu.

Jadi bagai mana caranya untuk mendapatkan Lailatul Qadar ... ???

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah saw beri’tikaf pada sepuluh hari awal Ramadhan, kemudian dilanjutkan pada sepuluh hari pertengahan di sebuah kemah Turki, lalu Beliau mengulurkan kepalanya seraya menyeru manusia, maka orang-orang pun mendatanginya. Lalu beliau bersabda,” Aku telah beri’tikaf sejak sepuluh hari awal bulan ini untuk mendapatkan Lailatul Qadr, kemudian sepuluh hari pertengahan. Lalu dikatakan kepadaku bahwa Lailatul Qadar itu ada di sepuluh hari yang terakhir. Maka barangsiapa ingin beri’tikaf, I’tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” Lalu orang-orang pun beri’tikaf bersama beliau. Beliau bersabda,” Aku bermimpi melihat Lailatul Qadar pada malam ini, tetapi dibuat lupa, dimana pada pagi-pagi aku sujud di tanah yang basah. Maka carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.” Memang malam itu hujan, sehingga masjid tergenang air. Setelah selesai sholat shubuh, Rasulullah saw keluar sedangkan di kening beliau menempel tanah basah. Malam itu adalah malam ke-21 dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” ( Hadits Bukhari, Muslim- Misykat )
I’tikaf pada bulan Ramadhan adalah amalan yang biasa dilakukan oleh Nabi SAW. Pada bulan ini, beliau beri’tikaf selama sebulan penuh. Dan pada tahun terakhir di akhir hayatnya, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. Karena kebiasaan beliau yang amat mulia itu (I’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan), maka para ulama berpendapat bahwa I’tikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah sunnah muakaddah.

Syarat untuk dilipat gandakan amal 70 kali lipat pada bulan Ramadhan adalah “PUASA”

Syarat untuk mendapatkan Lailatul Qadar adalah “I’TIKAF”

Semua hadits dari nabi SAW menganjurkan I’TIKAF untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

Kalau ada satu orang memasuki 10 hari akhir Ramadhan tetapi dia tidak I’TIKAF maka orang seperti ini tidak akan mendapat Lailatul Qadar.

Yang perlu ditekankan lagi, “SIAPA SAJA YANG BER I’TIKAF MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA LEBIH BAIK DARI SERIBU BULAN ATAU 83 TAHUN 4 BULAN”.

Sebagaimana tadi sudah kita jelaskan diatas, “SIAPA SAJA YANG BERPUASA MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA 70 KALI LIPAT GANDA “.

Tidurnya orang yang berpuasa saja dihitung ibadah. Bagaimana pula tidurnya orang yang I’tikaf pada malam Lailatul Qadar, berapa besar pahalanya...? Itu masih tidurnya, bagai mana dengan shalatnya, zikirnya baca Al Qur’annya. Apalagi DAKWAHNYA, lebih DAHSYAT lagi.

Intinya siapa saja yang I’tikaf maka dia akan mendapat Lailatul Qadar.
JADI MUDAHKAN ...???

TIDAK PAYAH ...

Ulama berbeda pendapat masalah harinya bukan masalah dapat tidak dapatnya. Jadi semua kebagian Lailatul Qadar. Masalahnya Cuma mau atau tidak.

Maulana Zakariyya rah.a katakan Beruntanglah orang yang mulai dari baligh tidak pernah tertinggal Lailatul Qadar.

Tidak ada satu hadits pun yang dikatakan oleh Nabi SAW beribadah dirumah akan mendapatkan Lailatul Qadar. Jadi kita jangan bermimpi untuk mendapatkannya kalau tidak I’tikaf.

Satu orang kaya telah mengatakan : “Siapa saja yang datang kerumah saya dalam masa waktu 10 hari ini dan didalam 10 hari itu ada 1 hari, saya akan membagi-bagikan uang 100 juta kepada siapa saja yang datang.

Maka setiap orang akan berpikir : “Untuk mendapatkan uang yang 100 juta tersebut. Jalan satu-satunya menginap dirumah orang kaya tersebut”
Siapa pun orangnya akan berpikiran demikian.

Tibalah masa waktu uang dibagi. Kita katakanlah hari ke 5. Waktu pembagian uang ada yang sedang makan, ada yang sedang tidur dsb. Orang kaya tadi sudah berjanji akan memberikan uang 100 juta kepada siapa saja yang datang. Maka yang tertidur pun akan tetap diberikan uang karena dia sudah mau datang. Apakah orang yang tidak hadir ketika itu akan mendapatkan uang. Jawababnya : TENTU TIDAK AKAN MENDAPATKAN walau hanya Rp. 1,-

Allah SWT telah menjanjikan Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan dan masih banyak lagi kelebihannya. Jadi mengapa kita tidak mau I’tikaf... ??? Berkorban sedikit saja untuk mendapatkan pahala yang besar.
Begadang setiap malam untuk menonton siaran bola selama piala dunia kita sanggup. Tentu untuk I’tikaf juga kita pasti sanggup.

Semua sedia Insya Allah ...

Sebenarnya bagi satu orang dai itu tiada hari tanpa Lailatul Qadar.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Berdiri sesaat di jalan Allah lebih baik daripada beribadah di malam Lailatul Qadar di depan Hajr Aswad.” (Hr. Ibnu Hibban. Berkata pentahqiq, “Isnadnya shahih” X/463)

Rasulullah SAW, besabda : "Orang yang shalat isya berjamaah kemudian shalat empat rakaat sebelum ia keluar masjid, maka seperti membandingi Lailatul Qadar." (HR Thabrani)

Semua sedia Insya Allah ...

Menjadikan hari-harinya Lailatul Qadar

Catatan : Bagi Wanita Sebaiknya di rumah
Jadi jangan pernah katakan saya belum pernah mendapatkan Lailatul Qadar

SEBAGAI BAHAN RENUNGAN BAGI YANG INGIN MENCARI LAILATUL QADAR

Dari Aisyah rha Rasulullah SAW bersabda, “Carilah malam Lailatul-Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam pada akhir bulan Ramadhan (Bukhari - Misykat).

Menurutjumhur ulama, sepuluh hari terakhir dimulai dan malam yang ke-21. Biasanya bulan Ramadhan terdiri dan 29 atau 30 hari, maka siapa saja hendaknya mencari malam Lailatul-Qadar pada malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Meskipun dalam sebulan terdiri dan 29 hari, malam-malam itu disebut sebagai sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Tetapi Ibnu Hazm berpendapat lain, yakni lafazh ‘asyrah dalam hadits di atas maksudnya adalah sepuluh. Berarti, perhitungan di atas benar jika bulan Ramadhan berlangsung 30 hari. Akan tetapi, jika bulan Ramadhan berlangsung selama 29 hari, maka sepuluh hari terakhir dimulai dan malam ke-20. Menurut perhitungan ini, maka malam ganjil adalah malam ke-20, 22, 24, 26, dan 28. Walaupun demikian, Nabi SAW. menganjurkan para sahabatnya agar mencari malam Lailatul-Qadar diiringi dengan i’tikaf. Aiim ulama telah sepakat bahwa ketika mencari Laiiatul-Qadai Rasulullah saw. beri’tikaf mulai dan malam ke-21 bulan Ramadhan. Berdasarkan hal ini, alim ulama sepakat bahwa Lailatul-Qadar turun pada malam yang ganjil, walaupun ada kemungkinan Lailatul-Qadar turun pada malam lainnya. Kedua pendapat ini dapat digunakan. Dengan demikian, setiap malam mulai malam ke20 sampai malam Idul Fitri, sebaiknya digunakan hanya untuk beribadah dengan penuh konsentrasi untuk memperoleh Lailatul-Qadar. Sepuluh atau sebelas malam beribadah tidaklah berat jika dibandingkan dengan besarnya pahala yang dijanjikan Allah SWT.

Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahuiLailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan/haripertama bulan Ramadhan :
1. Jika hari pertama jatuh pada hari ahad atau hari rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 29 Ramadhan
2. Jika hari pertama jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 21 Ramadhan
3. Jika hari pertama jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 25 Ramadhan
4. Jika hari pertama jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 23 Ramadhan
5. Jika hari pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadhan ( Sulaiman Al Kurdi juz hal 188 )

9 komentar:

  1. syukron katsiron. jazaakumulloh.

    BalasHapus
  2. pendek, padat, berisi. syukron katsiiron. jazaakumulloh.

    BalasHapus
  3. terima kasih infonya
    tidur ketika puasa tergantung niatnya
    artikel bermanfaat

    BalasHapus
  4. Harus itikaf... sedih jadinya.. ditinggalin begini..

    Umroh pda saat romadhon hrs diniatin tahun depan.. insyaAlloh

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah, syukron katsiiron

    BalasHapus
  6. Assalamualaikum ustadz kalau kita shalat malam 27 ramadhan apakah sebelumnya harus tidur terlebih dahulu?

    BalasHapus